Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis resume film Unleashed (Danny the Dog) yang saya tonton di TV beberapa minggu yang lalu, namun waktu dan kesibukan yang padat membuat saya terus menerus menundanya. Ketika sekarang saya ingin menuliskannya, beberapa bagian pastinya sudah lepas dari ingatan saya.
Hal yang menggelitik saya menuliskan ini hari ini asalah ketika kemarin saya menonton Solo, sebuah film yang dibuat tahun 1996. Secara jalan cerita ‘Solo’ tentunya jauh berbeda dengan Danny the Dog. Namun inti dari kedua film ini begitu berkaitan dan bertolak belakang.

Danny the Dog atau Unleashed berkisah tentang Danny (diperankan oleh Jet Lee), seorang pemuda yang dibesarkan seperti seekor anjing oleh Bos Mafia. Kamarnya adalah kandang yang atapnya sejajar dengan lantai tempat Bos berpijak.
Danny tidak memiliki pilihan lain dalam hidupnya sejak ibunya dibunuh. Ia dibuat lupa dengan kejadian pembunuhan ibunya, dan dijadikan senjata tuannya, si Bos Mafia. Danny dipasangi kalung seperti anjing dan akan menjadi penyerang berbahaya ketika kalung itu dilepas oleh Sang Bos dan diberi perintah menyerang, namun sangat jinak ketika kalung itu tetap terpasang.
Danny adalah manusia yang dimatikan emosinya, artinya Sang Bos ingin Danny tidak memiliki belas kasihan, tidak mengerti arti sedih, marah, atau bahagia dan tidak memiliki keinginan apapun.
Masalah utama dimulai ketika sebuah kecelakaan membuat Danny merasa Bosnya meninggal dan dia bebas. Seorang ahli tuning piano membantunya. Ia dan anak tirinya perlahan-lahan memberi arti ‘menjadi manusia’ pada Danny. Danny belajar bermain piano, belajar tentang arti menolong orang, makan es krim, belajar tentang sehingga akhirnya mau melepas kalung anjing yang ada di lehernya.
Ketika ia akhirnya bertemu lagi dengan Bosnya yang ternyata masih hidup, ia dapat membuat keputusan manusiawi, seperti tidak mau membunuh dan menyerang orang lain dan memiliki keinginan untuk mencari jati dirinya.
Anda bisa melihat review film yang saya beri acungan 4 jempol ini di internet atau mencari DVD nya untuk ditonton.
Inti dari film ini adalah manusia jika emosinya tidak dipelihara, maka dia akan menjadi sama dengan binatang… Emosi berkaitan dengan jiwa dan akal budi. Itu sebabnya Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi Dia dengan segenap jiwa, kekuatan dan akal budi… Karena manusia memang diperlengkapi dengan semua itu.

Bandingkan dengan Solo, dalam film Solo yang dirilis tahun 1996. Seorang senjata menyerupai manusia yang dapat menyimpan memori. Ia tidak memiliki memori dan bertindak berdasarkan perintah komputer, namun memorinya yang luar biasa memungkinkan ia berkomunikasi dengan manusia seperti halnya manusia normal.
Ia merupakan senjata dengan kekuatan 15 kali kekuatan manusia terlatih dan kecepatan 10 kali kekuatan manusia terlatih. Hanya melakukan apa yanh diperintahkan, dan tidak memiliki belas kasihan…
Hingga suatu saat dia tidak melakukan apa yang diperintahkan, membunuh orang-orang tak bersenjata. Tidak hanya itu, Solo malah melindungi mereka.
Solo tidak memiliki belas kasihan, namun memori yang pernah ia tangkap mengenai menyerang warga sipil dan orang tak bersenjata membuatnya melakukan hal itu.
Hal ini membuat pemiliknya, angkatan bersenjata US merasa bahwa ada kerusakan dalak program Solo. Jadi ia memerintahkan programmer dan pencipta Solo untuk menghapus memorinya, meresetnya kembali ke kondisi awal saat ia diciptakan.
Solo yang mengetahui hal ini memberi perintah pada dirinya sendiri untuk mempertahankan diri, karena ia merasa bahwa memory adalah hal yang sangat penting baginya.
Solo melarikan diri dan ditemukan oleh seorang anak di salah satu perkampungan yang seringkali diserang pemberontak, kemudian membantu mereka mempertahankan diri.
Anda juga dapat membaca reviewnya di internet atau membeli DVDnya. Satu hal yang saya sukai adalah ketika Solo berkata pada seorang wanita kampung setempat bahwa ia tidak memiliki emosi, itu yang membuatnya hanya sekedar ‘ada’, tapi tidak hidup.
Emosi mencakup keinginan, kehendak dan belas kasihan. Bagi saya, Solo lebih hidup dari manusia saat ini karena memorinya dapat membuat ia menunjukkan kebaikan walau tanpa belas kasihan, perjuangan walau tanpa kehendak.
Kejadian begal motor dengan pembunuhan membuat kita berpikir ulang tentang definisi manusia, seolah ada spesies lain menyerupai manusia yang tak memiliki emosi dan akal budi. Spesiea yang bahkan lebih rendah dari hewan mamalia yang tak akan menyakiti sesamanya tanpa sebab.
Saudara yang kebetulan membaca tulisan saya sampai akhir, mari kita hargai hal terpenting yang Tuhan berikan pada kita… Emosi dan akal budi… Mari berbelas kasihan, mari berpikir sebelum bertindak, mari saling mengasihi… Karena tanpa itu, kita lebih rendah dari anjing.
Like this:
Like Loading...