Berkat dari Memberi


Anakku,
Berkat dari memberi itu…
Bukanlah ketika kau mendapat balasan
Tapi senyuman dari mereka yang menerima

Berkat dari menolong itu…
Bukanlah saat suatu saat mereka membalas budi
Tapi hidup yang berubah dari mereka yang ditolong

Berkat dari berbuat baik itu…
Bukanlah saat kau menerima pahala,
Tapi karena itu sesuatu yang benar untuk dilakukan
Dan Tuhanmu tersenyum karenanya

Berkat dari membantu sesama itu…
Bukanlah saat kau menerima pujian dari orang lain
Tapi saat kau tahu,…
bahwa kau melakukan sebagian kecil dari yang sudah Tuhan lakukan padamu

Anakku,
Kehidupan di dunia bukanlah soal dirimu
Menjadi bahagia…
Bukanlah soal memuaskan dirimu
Bukanlah soal menyenangkan hatimu
Bukanlah soal membahagiakan jiwamu

Tapi bagaimana kau membuat orang lain tersenyum,
Bagaimana kau mengubahkan hidup orang lain,
Bagaimana kau membuat Tuhan senang,
Bagaimana kau membalas kebaikan Tuhanmu,

Berkat dari ini semua jauh lebih besar,
Karena yang kau senangkan bukan hanya dirimu seorang
Tapi banyak orang,
Terlebih Tuhan

Anakku,
Berkat dari melakukan itu semua
Adalah ketika kau menjadi manusia…
Yang melakukan apa yang diharapkan Penciptanya…
Yang memuliakan nama Penciptanya
Yang menyukakan hati Penciptanya

Ingatlah yang selalu kukatakan
Kota di atas gunung tidak mungkin tersembunyi…

Tentang Sekolah


Anakku,
Seringkali kau mengeluh tentang sekolahmu
Tentang banyaknya PR-mu
Tentang guru-guru yang suka menghukum
Tentang soal ujian yang sulit
Tentang teman-teman yang tidak menyenangkan
Tentang tugas-tugas yang menumpuk

Tahukah kau, Anakku
Sekolah mengajarimu tentang banyak hal
Banyak hal dalam kehidupan
Hal-hal yang akan kau hadapi kelak
… saat kau dewasa

Kau mengeluh tentang PR-mu
Tahukah kau…
PR mengajarimu tentang prioritas
Bagaimana kau mengatur waktu
Mengesampingkan kesenangan
…untuk menjalankan kewajiban

PR mengajarimu tentang usaha
Bagaimana kau mengerjakan sesuatu
Dengan usahamu sendiri
Dengan kerja kerasmu sendiri
Dengan kreativitasmu sendiri

Kau mengeluh tentang guru-guru yang menghukum
Tahukah kau…
Hukuman mengajarimu tentang konsekuensi
Ada akibat yang ditanggung untuk kesalahan
Itulah yang terjadi dalam kehidupan, bukan?
Ada akibat untuk sebab
Ada konsekuensi untuk perbuatan

Ya, aku mengijinkan gurumu menghukummu
Dalam taraf wajar, kau memerlukannya
Agar kau belajar…
Untuk berpikir sebelum bertindak
Untuk bertanggungjawab atas tindakanmu

Kau mengeluh tentang soal ujian yang sulit…
Anakku, hidup ini tidak mudah
Seringkali kita menemukan banyak hal sulit
Seringkali kita menemukan banyak masalah
Tapi tahukah kau,…
Masalah akan membuatmu naik satu tingkat lebih tinggi
…ketika kau berhasil melaluinya

Tahukah kau…
Soal ujian yang sulit mengajarimu pentingnya persiapan…
Hanya mereka yang bijak,
Yang siap saat masalah datang
Yang siap menghadapi saat-saat sulit
Persiapkan dirimu dengan baik
Dan hadiahi dirimu sesudahnya
…dengan kepuasan setelah melaluinya

Kau mengeluh tentang teman-teman yang tak menyenangkan…
Tahukah kau,
Selama di sekolah, pada usiamu ini…
Kau perlu belajar memaafkan,
Sebelum hatimu terlalu keras

Selama di sekolah, pada usiamu ini…
Kau perlu belajar toleransi,
Sebelum fanatisme membutakanmu

Selama di sekolah, pada usiamu ini…
Kau perlu belajar mengalah,
Sebelum egoisme menguasaimu

Lagipula,
Bukankah besi menajamkan besi,
Dan manusia menajamkan sesamanya?

Kau mengeluh tentang tugas-tugas yang menumpuk,
Tahukah kau?
Hidup adalah tentang tanggung jawab
Dalam setiap aspek kehidupan,
Selalu ada tanggung jawab
Dan untuk setiap tanggung jawab,
Akan ada kepercayaan

Selesaikan seluruh tugasmu
…dengan sekuat tenaga
…seperti untuk Tuhan

Selesaikan seluruh tugasmu
…dengan tanggung jawab
…dan keinginan melakukan yang terbaik

Tugas-tugasmu mengajarimu tentang itu
Karena nantinya hidup tidak akan lebih mudah

Jadi Anakku,
Ketika suatu saat kau mengeluh tentang sekolahmu
Ingatlah,…
Tak ada yang dapat aku lakukan,
Itu adalah peperanganmu
Lakukan yang terbaik,
Dan jadilah pemenang

Ketika Tuhan tidak memiliki kepentingan


imageSejak usia sangat kanak-kanak, orangtua saya mengirimkan saya ke Sekolah Minggu. Di usia tiga tahun lebih saya pergi berjalan kaki ke Sekolah Minggu yang letaknya dekat dengan rumah saya.

Saat-saat itu adalah saat tak terlupakan. Ketika adik saya yang baru berusia 2 tahunan tertidur di sekolah minggu karena memang masih begitu kecil, dan guru sekolah minggu kami menggendongnya berjalan kaki pulang ke rumah saya.

Saat-saat itu begitu luar biasa karena kami tak sabar menunggu Minggu Sore untuk kebaktian Sekolah Minggu yang diselenggarakan di garasi rumah seorang tetangga.

Guru Sekolah Minggu kami akan mengunjungi anak-anak yang tidak hadir untuk memastikan mereka baik-baik saja, dan mendoakan mereka yang sakit. Oh, betapa mereka banyak berinvestasi dalam kehidupan saya.  Continue reading

Ketika Kau dihukum Mati


image

Ketika kau dihukum mati,
Ada orangtua yang berduka,
Ada kekasih yang patah hati,
Ada teman-teman yang kehilangan

Ketika kau dihukum mati,
Ada harapan bahwa kau akan lebih baik
…dalam kehidupan selanjutnya
Setidaknya Tuhan berbelas kasihan

Ketika kau dihukum mati,
Ada penyesalan mendalam…
…dari orangtua yang menangis
Kalau saja dulu mereka lebih peduli,
Kalau saja dulu mereka lebih tegas,
Kalau saja dulu…

Ketika kau dihukum mati,
Ada penyesalan mendalam…
…dari kekasih yang bersedih
Kalau saja mereka tahu,
Kalau saja ada yang dapat dilakukan,
Kalau saja…

Ketika semuanya selesai,
Ketika hidupmu berakhir,
Kehidupan mereka yang kau kasihi terus berjalan
Disertai harapan…
Semoga saja kematianmu tak sia-sia

Mudah-mudahan saja…
Kematianmu dijadikan pelajaran
Bahwa hidup ini berharga,
Terlalu berharga untuk disia-siakan…
Bahwa setiap orang berharga,
Terlalu berharga untuk menyakiti sesama…

Bahwa anak-anak mereka berharga,
Terlalu berharga untuk diabaikan…
Dan kekasih mereka berharga,
Terlalu berharga untuk disakiti…

Nasi sudah menjadi bubur,
Palu hakim telah diketuk,
Senapan telah dibidik…

Ketika kau dihukum mati….
Ah, semoga saja kau beristirahat dalam damai, Saudaraku
Terkadang, kematian satu atau beberapa orang…
…diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan

Semoga Tuhan menyelamatkan jiwamu…
Ketika hukum tak dapat memberimu pengampunan…

Bandung, 29 April 2015
Pk. 01.25, satu jam setelah eksekusi mati…

Anak Bawang


Anda pernah dengar istilah “anak bawang”? Anak bawang biasanya sering dipakai oleh anak-anak yang sedang bermain, untuk menunjuk kepada mereka yang masih terlalu kecil untuk diperhitungkan. Si Anak Bawang boleh ikut main, tapi ia boleh menolak untuk kalah.

Namun tidak hanya dalam permainan anak-anak, dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang dewasa pun kita kerap menjumpai anak bawang. Mungkin anak bawang bisa mengacu pada mereka yang usahanya tidak diperhitungkan.

Setelah saya pikir-pikir, ada banyak alasan mengapa seseorang tidak diperhitungkan, baik dalam pergaulan sosial maupun profesional.

Pertama adalah mereka yang rapuh, mudah marah dan tidak dapat menerima kritik. Kepada orang-orang seperti ini biasanya kita menganggap sebagai anak bawang. Ketika ia melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dapat diterima untuk ukuran orang ‘normal’, ia tidak akan dilawan atau dikiritik karena orang malas berurusan dengannya. “Sudahlah, dimengerti saja… dia sih orangnya memang begitu”

Kedua adalah mereka yang bodoh, berpikiran dan berwawasan sempit. Kepada mereka biasanya saya menjadi sangat sabar. Orang-orang seperti ini jarang kita perhitungkan pendapatnya karena biasanya tidak logis dan tidak applicable. ” Dia kok ditanya, jawabannya pasti aneh”

Ketiga adalah mereka yang malas. Kepada mereka yang malas biasanya kita menjadi kapok atau jengkel dan kemudian berjanji pada diri sendiri untuk tidak memperhitungkannya lagi karena jika kita memberi mereka kesempatan, kita pasti akan dikecewakan.

Jika kita menyimpulkan dari tiga alasan di atas, kita dapat mengatakan bahwa anak bawang adalah mereka yang bermasalah secara emosional, pengetahuan dan perilaku, tiga hal yang merupakan modal dasar bagi manusia dalam bersosialisasi atau bersikap profesional.

Namun ada juga orang-orang yang dianggap anak bawang karena mereka baru pertama kali masuk ke dalam suatu komunitas atau pekerjaan. Tidak dianggap merupakan suatu hal yang menyebalkan. Ketika kita pertama kali masuk ke dalam suatu komunitas atau pekerjaan seringkali kita tidak dianggap oleh rekan-rekan kerja kita.

Hal yang dapat kita lakukan agar predikat anak bawang itu hilang adalah berusaha untuk tidak memiliki masalah, baik secara emosional, wawasan maupun perilaku:

  1. Mengendalikan emosi, baik dalam bentuk mudah marah atau menangis
  2. Terbuka untuk wawasan, masukan dan teknologi baru
  3. Melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggungjawab dan sebaik-baiknya

Semua orang ingin diperhitungkan, namun hanya beberapa yang sanggup membuat dirinya diperhitungkan. Akhir kata, saya mengutip apa yang dikatakan oleh Mantan Presiden Habibie “Setiap orang harus menapakkan jejak-jejaknya”. Walau singkat, kehidupan adalah sesuatu yang serius, buat diri kita diperhitungkan dan buat jejak-jejak selama kita hidup!

Happy 65 birthday, Papa


Hidup adalah suatu perjalanan
Yang harus ditempuh siapapun…
Siapapun yang sudah dipercaya
Untuk memulainya…

Hidup
Bukanlah tentang menjadi yang terbaik
Melainkan berusaha menjadi lebih baik
Bukanlah tentang menjadi orang baik
Melainkan menjadi orang benar
Bukanlah tentang menjadi populer
Melainkan menjadi teladan

Hidup yang kau ajarkan
Adalah sesederhana ‘ikuti aturan’
‘Berusaha sendiri sebelum bertanya’
‘Mengalah dalam pertengkaran’
‘Bersabar dalam kesesakan’
‘Tidak menunda-nunda’
‘Mengandalkan Tuhan’
‘Memperjuangkan apa yang benar’

Hidup yang kau perkenalkan
Adalah seindah perjalanan-perjalanan kita
Saling menyayangi,
Saling memaafkan,
Saling menghargai,
Saling berbagi

Dan hari ini,
Di ulangtahunmu yang ke 65
Aku ingin mengucapkan doa
Semoga Tuhan memberimu umur panjang dan kesehatan
Agar kau bisa mengajarku tentang kehidupan lebih lagi
Agar aku bisa bermain bersamamu,
Semoga Tuhan menjadikanmu berkat bagi banyak orang
Sebagaimana kau untukku,

Selamat ulangtahun, Papa
Kehormatan setiap anak adalah orangtuanya
Terimakasih karena telah menjadi kehormatan bagiku…

Semua tidak sia-sia


Waktu berjalan begitu cepat,
Tidak… Dia berlari…
Atau bahkan terbang…

Aku mengingat kalian sebagai anak-anak
Namun tiba-tiba kalian sudah remaja
Aku mengingat kalian…
Ketika menggandeng tanganku
Namun tiba-tiba aku bertemu kalian
Berjerawat dengan tatapan malu khas remaja
“Kakak masih ingat?” Continue reading

Terlambatkah?


[Lagi suka membuat cerpen (sangat) pendek]

Aku memiliki anak di usia yang sangat muda. Ketika cinta membutakan mata dan bayangan rumah tangga seindah cerita Cinderella. Terus terang saja, kami tak siap ketika tiba-tiba kami memiliki anak. Bukannya kami tak tahu bahwa resiko pernikahan itu adalah anak, tapi kami tak siap dengan apa yang akan kami lakukan pada anak itu… maksudku, selain memberinya makan dan menjaganya tetap hidup.

Anakku lucu sekali sejak kecil. Kakek dan neneknya sangat memujanya, memberikan semua yang ia inginkan, mulai dari mainan sampai teknologi tercanggih. Semua yang anakku katakan harus selalu terpenuhi. Aku pikir waktu masih sangat panjang, tentulah mendidiknya dengan disiplin bisa ditunda… selama anak ini lucu, sebaiknya waktu yang ada dinikmati saja. Continue reading

Prioritas!! Sebuah cerpen sederhana


Hari itu adalah hari penentu kelulusannya. Setelah dua belas tahun sekolah, akhirnya tibalah hari Ujian Nasional, hari yang ditunggu-tunggu seluruh siswa SMA di Indonesia.

Dia sudah belajar sejak beberapa hari yang lalu, tidak ada kesulitan baginya, dia adalah bintang kelas sejak dulu.

Ibunya menaruh harapan padanya. Mereka memang bukan dari keluarga kaya, apalagi setelah ayahnya meninggal. Tapi ibunya berjanji bahwa dia tidak perlu bekerja selepas sekolah, hanya perlu belajar rajin untuk masuk universitas negeri ternama, dan ibunya akan berusaha mencukupi semuanya.

Di sekolah, ia termasuk salah satu siswa berprestasi, semua orang menyukainya Ya, semua orang kecuali Dimas, si anak orang kaya itu. Dimas menganggapnya saingan karena dulu sebelum ia pindah ke sekolah ini, Dimas adalah juara umum sekolah, tapi sekarang tidak lagi sejak ia masuk. Continue reading