MUNAFIK yuk!!


Minggu kemarin adik saya cerita tentang seorang pendeta besar yang bersikap “jutek” dan menolak bersalaman dengan seseorang tanpa alasan yang jelas. Jadi ceritanya pendeta besar ini lagi salaman dengan sekelompok guru SM. Entah karena alasan tidak suka atau kenapa, dia dengan sengaja melewati salah satu guru SM yang sudah memberi tangan padanya (untuk disalami), meninggalkan guru SM tsb yang bingung dan bertanya-tanya dalam hatinya “what’s wrong with me??”

Cerita lagi dari seorang teman tentang kisah “tragis” yang baru-baru ini terjadi, di mana seorang fulltime gereja hampir melempar pendeta (atasannya) dengan kursi. Ceritanya pendeta ini membuat suatu aturan tertulis. Kemudian di hari berikutnya sang pendeta mengubah pikirannya dan mengganti aturan, tanpa komunikasi yang jelas. Fulltime yang malang ini tidak tahu pergantian aturan yang baru dibuat sehingga dia tidak mematuhinya. Entah berseloroh atau serius pendeta itu mengatakan di depan umum “hati-hati, saya bisa pecat kamu kalau saya mau”.

Saya berpikir, sebagai manusia, memiliki perasaan tidak suka itu wajar, termasuk sebagai hamba Tuhan. Tapi masalahnya, jika hal itu ditunjukkan maka artinya hamba Tuhan tsb telah melanggar kata-katanya sendiri yang diucapkan dengan gagah berani di mimbar gereja, seperti “jadilah terang” atau “kasihilah sesamamu manusia” atau “kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah pada mereka yang menganiaya kamu”

Ada double kesalahan bagi hamba Tuhan yang seperti itu: kesalahan karena “membenci”, kesalahan karena “menjadi batu sandungan” dan kesalahan karena “mengecewakan orang” (tiga kesalahan berarti ya?)

Mungkin yang akan saya katakan ini agak ekstrim, tapi silahkan dipertimbangkan dan dipikirkan kebenarannya, dan saya terbuka untuk diskusi. Menurut saya, jika tidak bisa melakukan apa yang difirmankannya setidaknya pendeta harus punya kemampuan MUNAFIK.

Ya, jika seorang pendeta muak dengan seseorang misalnya, dan ia bertemu orang itu di jalan, pendeta tersebut harus pura-pura suka, munafik aja… Yang penting dia tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Urusan benci membenci itu urusannya dengan Tuhan.

Ada begitu banyak cerita di mana orang-orang malas ke gereja karena kecewa pada pendetanya yang omongan dan kelakuannya beda. Pendeta-pendeta tersebut, menurut saya, harus belajar MUNAFIK. Ingin membentak orang dengan kasar? Munafiklah, tahan diri, bicara sabar.

Yaaa, pada dasarnya manusia itu memang mahluk berdosa toh. Supaya jadi orang baik, memang harus munafik, tapi sebaiknya memang munafik dilakukan 24/7, artinya 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Kalau pendeta ga bisa munafik 24/7 setidaknya munafiklah saat ada jemaat, biar ga jadi batu sandungan. Asal, jangan sampai ketahuan juga kalau dia munafik… Munafiklah dengan cerdas 🙂

Profesional


Cerita 1:

Di salah satu klien kemarin, kami membicarakan masalah bedanya ISS dan agen lain. ISS adalah salah satu layanan penyedia jasa parkir dan kebersihan.

Klien kami mengatakan bahwa dia kagum kalau melihat ISS di tempat lain. Mereka terlihat berdedikasi, membersihkan semua sudut dan halaman dan permukaan dan semuaaa yang ada di tempat di mana mereka ditempatkan. Sedangkan jasa yang dia pakai tidak seperti itu. Kebanyakan diem, dan masih banyak yang kotor. Continue reading

Sampai kapan?


Aku memiliki Tuhan
Sangat aku puja,
sangat aku kasihi
Aku berjanji setia padaNya

Seringkali Dia tidak langsung menjawab doaku
Tapi aku puin tak bisa egois,
Aku pun sering tidak menaati firmanNya
Lagipula, Dia tahu yang terbaik untukku
Jadi aku memutuskan tetap setia padaNya
Bahkan walaupun hidupku berada dalam lembah kelam

Aku memiliki orangtua
Sangat aku banggakan
Sangat aku kasihi
Tanpa perlu berjanji,
Aku terikat seumur hidup dengan mreka
Karena mereka yang melahirkan aku

Seringkali kami tidak sepaham
Mamaku menjengkelkan hatiku
Papaku membuatku tidak sabar
Namun aku lebih sering membuat mreka jengkel đân tak sabar
Jadi aku memutuskan
Selama aku hidup,
Aku mengasihi, menghormati đân menaati mreka

Aku memiliki tujuan dalam hidup
Visi yang Tuhan berikan padaku
Aku berjanji pada Tuhan
Akan membuat impianNya tentang satu hal ini
Terwujud melalui aku

Terkadang hidup tidak mudah
Masalah membuatku berpikir
Apakah mreka layak mendapat perhatianku
Namun aku sudah berjanji pada Tuhan
Đân aku pun orang yang sulit
Namun Tuhan tetap mengasihi aku
Jadi aku memutuskan untuk melanjutkan misiku
Sampai visi Tuhan terjadi dalam hidupku

Aku memiliki teman-teman
Beberapa dari mereka menginginkan kemajuanku
Tidak sedikit yang senang saat aku mundur atau jatuh
Beberapa berjanji akan slalu menolong
Namun tidak sedikit menghindar ketika aku butuh pertolongan

Beberapa hal dalam hidup tidak layak mendapat perhatian
Bahkan seandainya pun mendapat perhatian
Akan membuat kita tidak memperhatikan hal-hal yang lebih penting

Teman-teman yang membuatmu harus menentang Tuhan
Teman-teman yang dapat membuat orangtuamu kecewa
Teman-teman yang dapat membuat talentamu tak berkembang
Teman-teman yang dapat membuat misimu berantakan
Teman-teman yang dapat membuat visimu kabur…

Mereka mungkin bertanya,
“di mana komitmen mu utk jadi temanku dulu”
“Apakah ternyata aku tak bisa pegang kata-katamu”
“Kamu ternyata bukan orang yang setia”

Hatiku hancur membayangkan ketidaksetiaanku pada temanku
Tapi hatiku akan lebih hancur kalau hati Tuhanku hancur karna aku

Hatiku hancur membayangkan kesedihan temanku
Tapi hatiku akan lebih hancur kalau hati orangtuaku hancur karena aku

Hatiku hancur membayangkan kekecewaan temanku
Tapi hatiku akan lebih hancur kalau misi yang kumiliki gagal

Jadi sekarang bagaimana?
Pilihan seseorang tergantung pada prioritas hidupnya

Walaupun kesetiaan berarti tetap memegang komitmen pada masa sukar,
Aku tak dapat setia pada suatu keputusan yang salah, bukan?

Dari Balik Jeruji Besi


Waktu balita aku suka mendorong temanku
Saat mereka tak mau memberikan mainannya
Tapi orangtuaku hanya tersenyum melihatku
Mengatakan betapa lucunya aku
Ku kira mereka senang…

Waktu anak-anak aku suka memukul temanku
Saat mereka tak mau memberikan uang jajannya
Orangtuaku dipanggil ke sekolah
Tapi mereka membelaku
Mengatakan bahwa semua salah mereka
Dan sejak itu aku diberi uang lebih banyak

Yaaah, ku kira memang bukan salahku

Waktu remaja aku mulai mencoba rokok
Lama kelamaan minuman keras
Orangtuaku tahu saat aku suka mabuk
Tapi mereka hanya diam
Ku pikir mereka tidak keberatan

Ayahku selalu bilang
Bahwa dia terlalu sibuk
Karena itu aku harus bisa mengurus diriku sendiri
Harus bisa membela diriku dari apapun
Kalau aku memukuli orang…
Itu karena aku sedang mengurus diriku sendiri

Ibuku selalu bilang
Bahwa aku adalah anak kesayangannya
Dia tidak pernah marah padaku
Dia selalu menimpakan semua kesalahanku pada dirinya
Katanya itu karena dia terlalu sibuk bekerja

Teman-temanku selalu bilang
Hidup ini harus diisi dengan kesenangan
Dan kesenangan itu dapat diusahakan
Kesenangan itu membuat kita melupakan masalah
Dan mereka memberiku kesenangan dalam pil putih itu

Yaa…aku memang merasakan kesenangan
Membuatku lupa akan segalanya
walau menguras uangku…
bahkan uang orangtuaku

Tapi orangtuaku tak pernah marah
Mereka memberi apa yang aku minta
Terkadang memang aku mengancam mereka
Tapi mereka selalu memberi dengan diam
Aku pikir mereka tidak keberatan

Suatu saat aku sedang berpesta
Aku tak tahu apa yang terjadi
Polisi-polisi itu datang
Dan saat sadar aku ada di balik jeruji besi

Dari tuntutan yang dibacakan
Katanya aku mengacau di pesta
Menusuk beberapa orang
Sampai sekarat…

Seandainya saja waktu bisa berulang
Adakah yang bisa ku perbaiki?
tapi….di mana aku harus memulai
Memperbaiki semuanya?

Note:

Liat iklan di mana balita mengamuk dan mendorong temannya, merebut mainannya…Dan di belakangya suara presenter “lihatlah tingkah lucu buah hati Anda”…

Parents, kejahatan harus dicegah sejak dini… Setiap bayi dikandung dan lahir sebagai orang berdosa…punya kecenderungan untuk berbuat jahat…tugas kita adalah mengarahkannya sejak dini agar mereka mengetahui mana yang baik dan buruk….

Lebih baik mereka menangis saat balita…ketika Anda mendisiplin mereka….Daripada mereka menangis saat dewasa, sebagai korban kurangnya disiplin dari orangtua…

Hajarlah anakmu selagi masih ada harapan, tapi jangan engkau mengharapkan kematiannya

Amsal 19:18

GBU parents…

Akan ku katakan padamu, apa itu nasib


Akan ku katakan padamu apa itu nasib
Wahai orang-orang berkelas dengan mobil mewah

Akan ku katakan padamu apa itu nasib
Wahai orang-orang pandai dengan gelar selangit

Kau yang mengeluhkan nasibmu
Akan ku katakan apa itu nasib

Lahir di emperan…
Dengan ibu seorang anak berusia 12 tahun
Seorang yang bahkan tidak mengerti
Apa artinya gizi dan vitamin

Hidup tanpa tujuan…
Digendong kemana-mana
Di panas terik dan hujan
Oleh ibu yang masih belia

Nasib….

Akan ku katakan apa artinya nasib
Bukan aku yang mau dilahirkan seperti ini
Aku bahkan tidak tahu,
Mengapa ibuku memutuskan melahirkan aku
Siapa pria yang seharusnya kupanggil ayah
Yang tega menjadikan gadis belia itu ibuku

Kalau aku masih bertahan hidup
Itu karena ibu beliaku memasukkan sesuatu ke mulutku
Terkadang mie kering yang sudah dikulumnya dulu
Terkadang wafer yang sudah dibasahi dulu

Nasib…

Akan ku katakan apa artinya nasib
Aku bahkan tak bisa menolak
Ketika Ibu beliaku mengajariku berjalan
Melepasku ke jalan raya
Untuk mengulurkan tangan meminta receh
Aku tak punya pilihan

Saat malam tiba
Ibu beliaku mengumpulkan kardus dan kresek
Menghamparkannya dan menyelimutiku
Agar aku dapat bangun dengan selamat esok pagi
Dan dapat dijadikan alat mencari uang lagi

Nasib…

Aku tahu artinya nasib
Sesuatu yang tak dapat kuubah
Sesuatu yang tak dapat ku lawan

Seandainya saja ada yang bisa kulakukan
Seandainya saja ada yang memberi aku harapan
Seandainya saja aku bisa memilih
Aku pasti akan menentukan nasibku sendiri
Ah…seandainya saja…

Note:

Saat ini begitu banyak anak-anak dalam bahaya. berkeliaran sepanjang jalan untuk mencari uang yang pada akhirnya mereka gunakan untuk jajan dan bersenang-senang. Tidak…mreka tidak membutuhkan uang…mereka butuh seseorang yang menarik mereka, membukakan mata mereka dan memberitahukan arti hidup pada mereka… Menyadarkan mereka bahwa nasib mereka di tangan Tuhan….dan tangan mereka sendiri…

Sekolah Khusus Anak Raja


Anak Raja harus mendapat pendidikan terbaik
Di tempat terbaik, dengan biaya termahal
Di mana di dalamnya hanya ada anak-anak raja
Tidak pantas anak raja bergaul dengan rakyat jelata

Anak Raja harus dikumpulkan dengan sesama anak Raja
Tidak perlu tahu apa yang terjadi di luar sana
Tidak perlu tahu bagiamana bergaul dengan rakyat jelata

Rakyat jelata…
Hmmm, mereka hanya orang-orang aneh Continue reading

Tidak mudah


Hidup ini tidak mudah bukan?
Tidak… sama sekali tidak mudah
Rekening yang harus selalu dibayar
Tagihan kartu kredit yang menggunung

Belum lagi masalah pribadi yang tak kunjung berhenti
Anak-anakmu yang begitu “spesial”
sehingga berkali-kali kau harus dipanggil ke sekolah
Suamimu yang begitu tak pengertian
sehingga dapat membuatmu menjadi gila
Istrimu yang begitu menuntut
sehingga membuatmu malas di rumah

Apalagi masalah dalam hatimu sendiri
Kenapa kau tak bisa seperti orang lain…
Kenapa usahamu tak semaju mereka…
Kenapa anak-anakmu tak sepintar anak-anak mereka…
Kenapa pasanganmu tak seperti pasangan mereka…

Begitu melelahkan bukan?
Bertahan sampai saat ini saja rasanya sudah keajaiban
Tapi apa artinya jika bertahan dengan babak belur?
Sama saja seperti seorang pecundang Continue reading

Subur sih, tapi tak berbuah


Tadi pagi saya melihat pohon cabe rawit di halaman rumah saya. Subur…Daunnya hijau, tapi sayang, gak ada cabenya

Jauh banget kalau dibandingkan sama pohon cabe rawit milik tante saya, selain subur, cabenya banyak…

Rahasianya?

1. Ada banyak ilalang di sekitar pohon
2. Ada terlalu banyak daun dalam pohon

Saya jadi berpikir…Waktu Tuhan Yesus mengatakan soal pohon anggur, apakah ranting yang dikerat itu ranting yang kering?

Ternyata, daun juga bisa menghambat pertumbuhan buah lho…

Pertanyaannya sekarang, apa itu daun? Apakah salah jika ranting memiliki daun?

Sebelum berbicara apa itu daun, ada baiknya kita bicara, apa itu buah…

Semua sepakat kalau buah adalah perbuatan baik… Paulus mengelompokannya menjadi kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, pengendalian diri… Jaman sekarang, itu dapat dikatakan KARAKTER yang BAIK

Nah, kalau buah bicara soal KARAKTER yang BAIK, lalu apa itu daun? Mengapa daun (yang terlihat tidak berbahaya) dapat menghambat pertumbuhan buah?

Daun itu banyak… dan menghabiskan banyak “makanan” dan “energi” yang seharusnya digunakan untuk menghasilkan buah…

Daun berbicara tentang banyak aspek dalam kehidupan yang membuat kita tidak berbuah… kebiasaan yang buruk, kesenangan yang salah, pekerjaan yang menuntut kita melakukan hal yang tak benar…

Jika ingin berbuah…harus dibersihkan…

Punya kebiasaan ngomel…hilangkan kebiasaan itu…kalau mau punya buah sukacita

Punya kesenangan maen games ga berenti2… hilangkan kesenangan itu…kalau mau punya buah pengendalian diri

Punya pekerjaan yang mengharuskan kita berbohong? Ganti pekerjaan…kalau mau punya buah kedamaian…

Pilihannya di tangan kita…karakter yang baik adalah keputusan…bukan sifat bawaan…Jujur adalah keputusan, rajin adalah keputusan, mengasihi adalah keputusan, sabar adalah keputusan…

Apakah kita mengijinkan daun-daun itu dikerat?

Hidup kita kadang kaya pohon cabe di rumah saya…subur sih…tapi gak berbuah…



Kesempatan


Sayang sekali banyak kesempatan yang terlewat sejak kita masih kecil. Dengan atau tanpa kita sadari kita telah melewatkan banyak kesempatan sejak kita kecil. Kita kehilangan kesempatan ketika guru kita bertanya siapa yang bisa menjawab…kita tahu jawabannya, tapi kita malu…sampai kemudian seorang teman yang menjawab dan guru memberi penghargaan kepadanya.

“Ah, seandainya saja…”

Banyak sekali kalimat itu kita ucapkan. “Ah seandainya saja dulu…”, “Coba kalau…”…begitu banyak kesempatan kita lewatkan begitu saja.

Hal yang unik dari kesempatan adalah, ia lewat dengan cepat…seperti kisah dalam mitologi Yunani, sang Kairos. Memiliki rambut di kepala bagian depan sehingga siapa saja yang mau menangkapnya harus bersiap-siap.

Ironisnya jika ketika kita sedang siap-siap menangkap kesempatan itu, tiba-tiba ada sesuatu yang melompat di depan kita…wah, kalau udah gitu, what will you do? Apakah sesuatu itu harus disingkirkan? Hmm…

Ngamuk vs self-control


Apa yang dilakukan orang kalau marah?Atau mundur deh pertanyaannya, boleh gak sih seseorang marah? Jawabannya jelas 1000000% boleh…orang boleh marah. Tapi masalahnya, bagaimana dia menangani kemarahannya? Ada yang menanganinya dengan ngamuk dan melampiaskannya dengan menghancurkan barang (gak sedikit lho orang yang gitu), katanya itu bisa menyalurkan emosinya, walau saya gak ngerti dimana letak penyalurannya.

Pilihan kedua adalah anger management, self control. Memanage marah dan mengendalikan diri. Saya juga baru tahu beberapa bulan belakangan kalau ada orang-orang yang jadi sakit karena menahan marah. Kayaknya kemarahan itu naik ke atas kepala dan bersarang di sana, meminta cepat-cepat dilampiaskan. Sebelumnya saya pikir itu cuma ada di kartun aja, orang marah sampe berasap, ternyata beneran hehehe

Ngomong-ngomong soal anger management, kayaknya harus mulai dari pemisahan antara pikiran dan perasaan ya. Gimana kemarahan mempengaruhi pikiran, atau perasaan kita dan adanya konektivitas antara pikiran dan perasaan. hehe, kok jdi rumit ya?

Masalahnya gini, terkadang orang cuma pake perasaannya saja, tapi gak pake logika. Waktu dia sangat marah, perasaannya mulai mengatakan bahwa “saya dilecehkan”,misalnya…nah karena perasaan yang mulai, selanjutnya dilanjutkan dengan hal-hal sentimentil lain deh, kaya “kenapa saya dilecehkan”, “orang itu tidak menghormati saya”, “sya orang paling malang”, dll..akibatnya, belum sempet otak mikir, yang ada tubuh udah melampiaskan apa yang dirasakan sang “perasaan”

Menurut saya, adanya ‘self control’ bukan berarti seseorang gak boleh marah. Adanya self control berarti seseorang dapat mengendalikan amarahnya dengan baik. Menarik nafas setiap ada sesuatu yang membuat marah. Berpikir, “pantas gak kalau saya marah-marah di sini”, atau “bisa ga masalah ini diselesaikan dengan baik2”, atau yang paling penting “apa konsekuensi kalau saya marah2 dan mengamuk” Beda lho marah-marah dan marah.

“Tapi gimana kalau gak sempet?”. Saya yakin saat seseorang merusakkan barang atau mengamuk, ada waktu sepersekian detik untuk mengambil keputusan bahwa dia akan mengamuk. Gimana kalau keputusan itu diganti jadi, menarik nafas panjang? mudah2an membantu, hehe

GBU