Ketuhanan Yang Maha Esa


Penghancuran rumah ibadah terjadi begitu sering di Indonesia. Saking seringnya sampai kita merasa terbiasa dan merasa bahwa itu biasa dilakukan mayoritas terhadap minoritas di daerahnya (tanpa melihat siapa mayoritas dan siapa minoritasnya).

Itulah hebatnya negeri ini… Isu mayoritas dan minoritas dalam hal agama menjadi isu panas yang normal.
Tiba-tiba saja saya berpikir, apakah ada yang salah dengan Pancasila kita, khususnya sila pertama. Atau kesalahan terletak pada pemahaman masyarakat terhadap ayat satu sila ini.

Tanpa melihat butir-butir Pancasila, kita mengartikan sila 1 “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai: bangsa ini mempercayai satu Tuhan. Namun jika memang begitu maknanya, maka pertanyaannya adalah, Tuhan yang mana?

Saya khawatir, orang-orang bodoh di luar sana yang merasa mayoritas, mengartikan sila pertama Pancasila ini sebagai “kamu harus percaya dan menyembah Tuhan yang sama dengan aku”.

Saya heran dengan motivasi orang-orang yang suka memaksakan agamanya pada orang lain. Ada dua kemungkinan motivasi orang seperti itu. Pertama iman mereka begitu besar sampai mereka ingin orang lain memeluk agamanya tapi bukankah orang beriman tak akan menggunakan cara kasar dan anarkis.

Kedua, mereka dijanjikan pahala begitu besar jika bisa membuat orang lain memeluk agamanya. Namun jika begitu,  bukankah artinya tuhan mereka mendidik mereka untuk egois. Jika tuhan mengajar umatnya untuk egois seperti itu, apakah ia memang benar Tuhan?

Sebenarnya butir-butir Pancasila mengatur hal ini dengan sangat baik. Sayangnya sekolah saat ini tidak memastikan anak didiknya mengetahui, mengerti dan memaknai butir-butir Pancasila ini. Dari 45 butir yang ada di sila 1, saya akan menuliskan di sini 7 butir yang seharusnya sangat mewakili moral dan attitude bangsa ini. Saya berharap siapa saja yang membaca ini dapat mulai mengerti dan memahami makna sila ke 1 Pancasila yang kita cintai.

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Jadi, kalau saya simpulkan, arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila berarti, setiap agama mempercayai satu Tuhan. Lalu bagaimana dengan agama yang mempercayai adanya lebih dari satu Tuhan? Apakah artinya kita layak mencapnya bidat atau kafir atau sesat dan membakar tempat ibadahnya?

Bukankah urusan manusia-pencipta adalah urusan pribadi manusia?

Zeusophobia


Hari ini, setelah sekian lama, kembali saya ajak kita semua belajar tentang sebuah phobia. Phobia berikutnya yang akan kita bahas adalah ZEUSOPHOBIA. Nama lain dari Zeusophobia adalah Theophobia, yaitu ketakutan akan Tuhan atau dewa-dewa.

Rasa takut pada Zeusophobia ini berbeda dengan rasa takut yang Tuhan maksudkan dalam Ulangan 5:29 “Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!” dan pada Ulangan 6:13 “Engkau harus takut akan TUHAN, kepada DIa haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah” dan banyak ayat-ayat lainnya. Continue reading

Peristiwa berdarah itu


Tengah malam itu 47 tahun yang lalu, terjadi pembunuhan berdarah. Enam perwira tinggi, juga beberapa orang lainnya dibunuh dengan kejam.

Peristiwa berdarah itu untuk beberapa tahun dituduhkan kepada Partai Komunis Indonesia sebagai biang keladi. Saat saya masih sekolah pun, pelajaran Sejarah menyebutkan bahwa PKI adalah dalang dibalik semua ini, dan Soeharto adalah pahlawannya.

Nama Tuhan menjadi obyek yang harus dibela oleh bangsa yang mengaku ber-Tuhan, tidak mau menjadikan negara ini komunis dan tanpa Tuhan. Continue reading