Air untuk Raja


Hari ini saya mendengar kotbah yang luar biasa dari seorang Hamba Tuhan di salah satu gereja di Kota Bandung. Kotbahnya tentang tiga orang pahlawan yang mengambilkan air dari Sumur Bethlehem untuk Daud (I Tawarikh 11:15-19). Bapak Pendeta menyamakan air dari sumur Bethlehem dengan “Air Hidup dari Bethlehem”, dan seterusnya, dan seterusnya…

Saya diberkati oleh Firman Tuhan yang dibagikan tersebut, namun ketika saya merenungkannya, saya mendapat hal lain dari kisah yang luar biasa tersebut.

Kisah itu adalah tentang tiga orang terbaik Daud yang mendengar keinginan Daud: ingin minum air dari sumur Di Bethlehem. Kondisinya saat itu Bethlehem sedang dikuasai oleh militer Filistin, sehingga hampir tidak mungkin mengambil air dari sumur tersebut.

Mendengar keinginan Daud, tiga orang ini menerobos perkemahan Filistin untuk mengambil air dari Sumur Betlehem. Setelah mereka memperoleh air itu, mereka membawanya kepada Daud.

Sampai sini saya membayangkan kondisinya jika saya menjadi satu dari tiga orang itu. Apa yang akan saya rasakan ketika Daud akhirnya meminum air yang saya dapatkan dengan mempertaruhkan nyawa. Jika Anda menjadi satu dari tiga orang itu, apa yang akan Anda rasakan saat Daud meminum air yang Anda peroleh dengan pertaruhan nyawa? Senang? Puas? Bahagia?

Tentu Anda senang ketika pemimpin Anda “menikmati” hasil dari kerja keras Anda, bukan?

Apa yang terjadi dengan air itu? Daud tidak meminumnya, malah mencurahkan air itu sebagai korban untuk Tuhan.

Saya bayangkan lagi apa yang terjadi saat itu. Ketiga orang itu melihat ketika air itu dituangkan ke tanah, dipersembahkan kepada Tuhan. Apa yang mereka rasakan? Mana yang lebih mereka sukai? Air itu diminum oleh Daud atau dipersembahkan kepada Tuhan.

Para pemimpin, khususnya pemimpin gereja, seringkali Anda menuntut orang yang Anda pimpin melakukan ini dan itu, terkadang sesuatu yang tidak masuk akal. Mengharapkan mereka untuk memenuhi standar Anda yang luar biasa tinggi: “menerobos pertahanan musuh untuk mendapatkan ‘air hidup dari Betlehem'”.

Namun seringkali ketika anak buah Anda mendapatkan keberhasilan, yang Anda lakukan adalah ‘meminum air’ itu. Anda meminumnya dengan rakus, berharap nama Anda semakin besar, Anda semakin terkenal .

Percayalah, jika Daud meminumnya, ketiga orang itu tidak akan disebutkan sebagai ‘pahlawan’ dalam ayat ke 19. Mungkin jabatan mereka hanya sebagai “orang terbaiknya Daud” (ayat 15).

Karena Daud mempersembahkan air itu untuk Tuhan, maka ketiga orang itu dituliskan Alkitab sebagai “pahlawan”.

Ketika nama Yesus ditinggikan, dan setiap perbuatan baik dan keberhasilan dipersembahkan kepada Tuhan, Dia akan menarik semua orang datang kepada-Nya, dan kita akan menjadi pahlawan-pahlawan Tuhan…

Negara Dolanan


Ini negara dolanan
Demokrasi berubah jadi mainan
Capres kalah merasa dirinya macan
Mengamuk, menghasut dan menekan

Ini negara dolanan
Sang Macan terluka jadi pimpinan
Membentuk koalisi dengan napsu kekuasaan
Membabi buta menerjang lawan

Ini negara dolanan
Presiden pun tak tahan
Melawan rakyat dengan kedaulatan
Kau berkhianat, nama baik menjadi taruhan

Ini negara dolanan
Agama dijadikan alasan sejumlah preman
Berbaju putih, dengan janggut dan sorban
Mengintimidasi dan menghancurkan
Jangan andalkan aparat kemanan

Ini negara dolanan
Apatisme adalah syarat bertahan
Nasionalisme hanya untuk alasan
Tetap tinggal di negara dolanan

Setiap orang memainkan peranan
Sebagian berusaha jadi pahlawan
Sebagian tak tahan godaan
Sebagian jadi korban

Setiap orang memiliki pilihan
Untuk menjadi pahlawan
Untuk menjadi setan
Atau menjadi korban

Jika ini negara dolanan
Setidaknya bermainlah dengan Iman
Ikuti dolanan dengan aturan
Agar ketika Tuhan berkenan
Dolanan akan jadi sungguhan