Pro dan kontra Natal


image

Entah sejak kapan begitu banyak pro kontra mengenai Hari Natal. Sebagian gereja menolak merayakan Natal karena menurut mereka Natal merupakan budaya pagan, dan bahkan Yesus sendiri tidak meminta pengikut-Nya untuk merayakan kelahiran-Nya. Sebagian gereja lagi merayakannya besar-besaran, menghabiskan dana ratusan juta untuk dekor dan hadiah sekolah minggu.

Mana yang benar?

Sebelum abad ke 4, hari raya utama gereja adalah Paskah. Namun sejak abad ke 4, gereja (saat itu dikuasai Katolik Roma) memutuskan untuk merayakan kelahiran Yesus. Namun karena Alkitab tidak memberi tanggal pastinya, maka Paus Julius 1 memutuskan 25 Desember sebagai hari Natal. Diyakini bahwa Paus melakukannya karena mengadopsi perayaan pagan untuk menghormati Saturnalia dan merayakan ulangtahun Mithra, dewa matahari.

Mau tahu ceritanya? Mari terus lanjutkan membaca…

Saturnalia adalah hari penghormatan untuk Saturn, dewa agrikultur yang dihormati di Roma. Pada hari itu, makanan berlimpah ruah, dan status sosial dibalik. Budak akan menjadi tuan dan Petani memegang jabatan tertinggi.

Pada masa itu, tepatnya 25 Desember, orang Roma juga merayakan kelahiran Mithra, dewa matahari. Dipercaya bahwa Mithra adalah bayi yang lahir dari batu.

Mundur ke belakang, di beberapa daerah di Eropa, sebelum kelahiran Kristus, mulai 21 Desember hingga Januari orang-orang mengadakan perayaan besar. Mereka merayakan berlalunya hari-hari badai salju yang buruk dan bersinarnya kembali matahari.

Lalu mengapa Paus mengadopsi 25 Desember untuk Natal? Padahal beberapa ahli meyakini Yesus lahir pada musim semi, pertengahan tahun.

Niatnya baik sekali, mereka berusaha mengubah kebiasaan pagan, menggantikannya dengan sebuah berita sukacita. Tuhan lahir menjadi manusia. Sama seperti yang dimainkan pada hari Saturnalia, dilakukan oleh Tuhan… Pencipta semesta merendahkan dirinya menjadi manusia, supaya kita yang hina memiliki kesempatan mengenal Dia yang besar.

Mereka berusaha menggantikan kepercayaan akan Mithra dengan berita kelahiran Tuhan yang penuh kuasa. Agar kisah mengenai dewa yang lahir dari batu dapat diganti dengan Pencipta, yang rela masuk ke dalam perut wanita muda untuk menjadi manusia.

Mungkin mereka berusaha menggambarkan kelahiran Kristus sebagai terang setelah masa-masa kegelapan… karena kelahirannya membawa sukacita, seperti sukacita yang dirayakan orang Eropa saat matahari muncul setelah badai salju yang gelap.

Apa kesimpulan Anda setelah membaca cerita saya?

Cerita saya belum selesai. Maksud yang baik dari pemuka gereja ini ternyata tidak memberi dampak yang baik. Mereka lupa mengajarkan bagaimana seharusnya Natal dirayakan. Apakah sama seperti orang pagan merayakan Saturnalia atau kelahiran mithra?

Dalam abad pertengahan, Natal berhasil menggantikan perayaan pagan. Orang Kristen ke gereja pada saat Natal dan melanjutkannya dengan makan dan minum sepuasnya. Anak-anak dan orang miskin mendatangi rumah-rumah untuk minta sedekah, dan saat tidak diberi, mereka meneror rumah itu dengan kenakalan (seperti saat halloween). Natal menjadi masa dimana orang kaya membayar pada masyarakat.

Abad 17 gerakan reform mulai memperbaiki keadaan di Inggris, kaum Puritan diketuai Oliver Cromwell membatalkan perayaan Natal di Inggris. Gelombang ini terus berjalan hingga kaum pilgrims yang lebih orthidox dari Puritan datang ke Amerika tahun 1620. Di Amerika tahun 1659 hingga 1681, tidak ada perayaan Natal. Mereka yang merayakan Natal akan didenda.

Setelah Revolusi Amerika, pengaruh Inggris mulai berkurang. Diawali tahun 1843, Charles Dickens menulis A Christmas Carol yang mengembalikan semangat Natal di Amerika, Natal kembali dirayakan, dan 26 Juni 1870, Natal dijadikan hari libur Nasional di Amerika.

Sampai sini, bagaimana tanggapan Anda tentang Natal?

Wait….cerita saya masih belum selesai…

Natal kembali ditentang, masih oleh kaum Puritan dan beberapa golongan Kristen juga oleh golongan yang menganut kebebasan beragama. Mereka menentang perayaan Natal dengan dua alasan berbeda:
1. Kaum Puritan dan beberapa golongan Kristen menentangnya karena “tidak alkitabiah”. Mereka menamai Natal dengan “festival paus tanpa dasar alkitab”. Mungkin juga mereka merasa bahwa peristiwa kelahiran Kristus menjadi sesuatu yang murah, karena dirayakan seluruh negeri tanpa tahu maknanya.
2. Golongan kebebasan beragama menentangnya karena Natal yang dirayakan seluruh negeri memberi kesan bahwa negara dimiliki satu agama saja.

Di Amerika saat ini, mulai ada pelarangan Christmas carol. Mereka menggantikan “Merry Christmas” dengan “happy holiday” dan istilah christmas tree berubah menjadi holiday tree.

Nah, sekarang Anda boleh mulai berpikir-pikir, apakah menurut Anda Natal perlu dirayakan atau tidak. Saya akan memberi beberapa bahan pertimbangan:
1. Dalam setiap kehidupan kelahiran merupakan awal. Injil dimulai dari Matius yang membukanya dengan kisah kelahiran Kristus
2. Malaikat kembali bertugas untuk menyampaikan pesan kepada manusia untuk kelahiran Kristus setelah tahun-tahun kegelapan tanpa mujizat dan masa nabi-nabi berakhir.
3. Motivasi Paus adalah menempatkan Kristus sebagai pengganti Saturn dan Mithra. Kristus yang lahir membawa terang setelah masa-masa kegelapan. Kristus yang rela lahir dari manusia, yang adalah Tuhan atas segala Tuhan. Untuk itu dia berhasil, pengaruh pagan hilang, digantikan dengan natal. Kesalahannya adalah tidak menjelaskan bagaimana seharusnya natal dirayakan
4. Beberapa orang mengatakan, Yesus tidak memerintahkan muridNya merayakan Natal. Bagaimana dengan Paskah? Orang Yahudi merayakan Paskah, tapi bukan kebangkitan Kristus. Perintah Yesus hanyalah untuk mengambil roti dan anggur sebagai peringatan akan diriNya.

Jadi bagaimana? Anda mau merayakan Natal…?

Apapun atau bagaimanapun,… Kristus lahir untukmu… Anda mau merayakan atau tidak, kenyataannya Dia lahir untukmu…

Ada baiknya kita diingatkan setahun sekali bahwa Dia lahir… dan karena kelahiranNya, kegelapan sirna….kita memiliki harapan…

Jika Anda merasa cukup mengingatnya dan tak perlu diingatkan lagi… luangkan waktu libur dengan keluargamu, bergembiralah, dan bersyukurlah untuk satu tahun yang kau lewati…

Jika Anda melihat pohon Natal dan Santa sebagai sesuatu yang melecehkan peristiwa itu…. ini saatnya melihat hal-hal itu sebagai kesempatan bersaksi…atau… anggap saja mereka badut liburan yang turut memeriahkan hari besar Anda… hanya, yang terpenting Anda memiliki tanggungjawab untuk menjelaskan yang sebenarnya pada anak-anak Anda.

Selamat Natal…. Selamat, Tuhan telah lahir untukmu…