Bersembunyi di balik tempurung…


Untuk kalangan sendiri

Suatu hari orang-orang Farisi, yaitu mereka yang digambarkan berpakaian putih panjang dan suka mencari-cari kesalahan Yesus, mendatangi Yesus dengan sebuah pertanyaan… 

“Bagaimana menurutmu, Rabbi… apakah kita harus memberi pajak kepada Kaisar?”

Ini merupakan pertanyaan jebakan. Sesuatu yang saya namakan ‘dilema rohani’ dihadapi Yesus saat itu. Semua orang yang ada di situ menunggu jawabannya. Sebagian besar berharap Yesus menjawab ‘tidak perlu’. Saat itu mereka sedang berada di bawah bangsa Romawi dan tak dipungkiri banyak yang berharap Yesus akan memimpin pemberontakan melawan Romawi dan membebaskan bangsanya.

Jika saya boleh menerjemahkan ke dalam bahasa sekarang, pertanyaan itu menjadi, “bagaimana Tuhan, kami harus taat pada hukum negara atau tidak”

Lebih ekstrim lagi, “Bagaimana Tuhan, apakah kami harus meletakkan hukum negara di atas hukum agama atau tidak?”

Jawaban Yesus merupakan jawaban diplomatis paling jelas yang pernah saya dengar, “ada yang punya uang? berikan Aku satu koin”

Setelah Ia memegang koin, “gambar siapa ini yang ada di koin ini?” 

Merasa sudah dapat menebak.jawaban selanjutnya, orang-orang Farisi itu menggumam “gambar Kaisar”

Dalam bayangan saya, Yesus akan mengembalikan koin itu pada pemiliknya sambil dilempar dan mengedipkan sebelah mata “berikan pada kaisar apa yang WAJIB kamu berikan pada kaisar, dan pada Tuhan apa yang WAJIB kamu berikan pada Tuhan.”

Saya menggaris bawahi kata WAJIB. bicara soal kewajiban, apa saja yang kita wajib berikan pada penguasa negara kita?

Saya orang awam, bagi saya Yesus sedang berkata, “taat dan tunduklah pada hukum negara di mana pun kamu berada”

Sekali lagi, bicara soal kewajiban, apa yang wajib kita berikan pada negara di.mana kita ditempatkan? Pajak berarti kontribusi. Umat Kristen wajib memberikan kontribusi kepada negara.

Saya pernah membaca capturan buku dari seorang teman yang isinya Yesus tidak memimpin revolusi sosial. Ia tidak memimpin rakyatnya melawan penjajahan Romawi, melawan ketidakadilan sosial dan ekonomi, atau memperjuangkan hak-hak sipil untuk pendidikan dan upah yang lebih baik.

Betul sekali Yesus memang tidak melakukan itu semua, karena Dia sedang meletakkan dasar yang kokoh dalam kedatangan-Nya ke dunia kala itu. Sesuatu yang lebih penting dari sekedar upah yang rendah dan pendidikan yang kurang. Dia memperjuangkan agar kita tidak menerima upah dosa dan kurangnya wawasan akan Kasih Tuhan. 

Tapi pertanyaan saya, apakag dengan demikian maka kita orang Kristen tidak perlu memoerhatikan keadilan sosial, memperjuangkan pendidikan yang layak, menentang ketidak adilan, bermasyarakat?

Ingatlah, Dia memerintahkan kita untuk: 1. Tunduk undang-undang yang berlaku di negara dan 2. Berkontribusi dalam pembangunan negara di mana kita ditempatkan.

Bagi saya, kontribusi pada pembangunan tidak melulu masalah uang. Bagaimana dengan “pendidikan”? Apakah orang Kristen hanya fokus pada pendidikan keluarga Kristen saja sehingga mendirikan sekolah-sekolah mewah dengan harga selangit?

Bagaimana dengan keadilan sosial? Apakah orang Kristen tidak perlu peduli dengan keadilan sosial, “bayar saja orang untuk mengurusi urusan kita,  kita kan minoritas”

Bagaimana dengan keamanan negara? Apakah kita terlalu takut berkontribusi sehingga bersembunyi di balik “Tuhan yang tahu”, namun diam saja saat ada pelanggaran hukum terjadi di depan mata kita?

Bagaimana dengan bermasyarakat? Apakah kita terlalu sibuk dengan urusan gereja hingga lupa untuk bermasyarakat dengan mereka yang ada di sekeliling kita…  Sorry to say, sekolah-sekolah Kristen yang biasa didominasi oleh Warga Negara Keturunan TIDAK mendidik siswanya untuk bermasyarakat. Tidak membina mereka untuk dapat berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat. Menjadikan mereka anak-anak songong yang jago kandang, eksklusif, dan mengalami banyak kesulitan ketika tiba saatnya bermasyarakat.

Saya begitu sedih ketika ada yang berpikiran bahwa tulisan saya sebelumnya mengenai menjadi terang melulu bicara soal penginjilan.

Saudara, jika Anda terus-terusan berada dalam gedung mewah itu, hanya sesekali keluar untuk beli keperluan ke pasar, itu pun dengan menawar secara gila-gilaan, bagaimana Anda berharap nama Tuhan dimuliakan, sekalipun Anda menyumbang untuk penginjilan??

Saudara, jika Anda terus-terusan sibuk dengan latihan ini dan itu di gedung mewah itu, menghadiri pertemuan ini dan itu, bahkan sering ijin dari tempat kerja karena acara di gedung itu, bagaimana Anda berharap nama Tuhan dimuliakan, sekalipun Anda berdoa syafaat semalam suntuk untuk suku-suku di Afrika?

Kontribusi pada pembangunan negara dimulai dari hal sederhana. Sapa tetangga Anda, berkomunikasilah dengan baik, tunjukkan kasih pada pembantu Rumah Tangga, tunjukkan hormat pada semua orang, mulailah ikut dalam kegiatan masyarakat, kenali hukum-hukum dasar, dan banyak hal sederhana lain…

Tolong, jangan bersembunyi terus di balik tempurung yang sudah dihias indah itu…