Sebagai orang Kristen, kita lebih sering mendengar istilah gembala domba daripada gembala kambing. Jika Anda sedang main “tebak profesi”, maka gembala kambing dan gembala domba akan dianggap sama saja. Sama-sama gembala ternak yang bunyinya mengembik. Lagipula, tidak banyak yang bisa membedakan rasa daging kambing dan domba.
Tahukah Anda apa beda kambing dan domba selain dari bentuknya. Apakah diantara Anda ada yang tidak bisa membedakan kambinh dan domba? Baik, saya akan beri sedikit gambaran. Domba memiliki bulu lebat yang dapat dibuat menjadi wol, sedangkan kambing memiliki janggut di bawah mulutnya.
Kambing adalah binatang yang rajin. Mereka mandiri, dapat mencari makan sendiri dan memiliki ekor tegang seolah selalu siaga. Jika Anda menggembalakan kambing, Anda harus berjalan di belakang mereka karena sifat mereka yang aktif dan suka mencari jalan sendiri.
Kambing tidak suka berada di kerumunan. Mereka adalah bintang penasaran yang selalu ingin tahu. Gembala kambing harus berjalan di belakang untuk mengikuti kehendak dan keingintahuan sang kambing jika tidak ingin kehilangan.
Sementara itu, domba adalah binatang inferior bodoh yang tidak suka sendirian. Mereka suka berada di kerumunan, malas, dan bahkan tidak dapat memiliki inisiatif mencari makan sendiri.
Domba cenderung melangkah kemana saja sang gembala melangkah dan mereka akan berjalan bersama-sama, dengan lambat, dalam kerumunan para domba. Karena mereka tinggal dalam kerumunan, resiko berkelahi menjadi besar dan gembala bertugas melerai dan mengobati luka yang ditimbulkannya.
Jika Anda seorang gembala domba, Anda harus berjalan di depan, paling tidak di antara mereka… Untuk memastikan mereka melihat dan mengikuti Anda.
Domba tidak memiliki keinginan, ia bahkan tak dapat berbuat apa-apa jika bulu di tubuhnya terlalu berat. Mereka benar-benar mengandalkan gembala mereka untuk menuntun, menggunting bulu, meminyaki, mengobati, menjaga mereka, bahkan melerai pertengkaran mereka.
Jika Anda orangtua jaman sekarang, saya yakin Anda lebih suka anak Anda berperilaku seperti kambing daripada domba, bukan begitu? Tidak merepotkan selama keinginan mereka terpenuhi, mandiri, cerdas… Orangtua manapun akan malas memiliki anak bodoh seperti domba, tidak mandiri, mengikut saja dan rentan.
Tapi lucunya, Alkitab kita menulis, Tuhan lebih suka pengikutnya seperti domba daripada kambing. Tuhan menggambarkan diri-Nya sebagai gembala domba, dan bukan gembala kambing.
Hal yang lebih lucu adalah, banyak gembala jemaat, guru-guru dan juga orangtua saat ini menganggap jemaatnya sebagai kambing daripada domba. Persaingan lapang rumput membuat gembala mengikuti keinginan kambing dan alih-alih menyediakan apa yang dibutuhkan, malah apa yang diinginkan.
Sibuknya jadwal dan kemajuan jaman membuat gembala mempersilahkan ternaknya mandiri… Tidak perlu ada luka yang diobati, beban yang digunting, konflik yang diselesaikan… Lebih mudah menjadi gembala kambing daripada gembala domba, bukan begitu?
Akhir minggu kemarin saya berada di SD Ekklesia Cikarang, senang sekali melihat guru-guru yang menyadari tugasnya sebagai gembala domba. Mengagumkan melihat guru yang menegur anak menjawab “heeh” dan memintanya mengganti dengan “iya, miss”.
Para pendidik Kristen, memang menyenangkan menjadi gembala kambing, tapi bukan itu panggilan Tuhan dalam hidup kita… Semoga renungan sore ini bermanfaat… See u