Rendah Hati dan Lemah Lembut


Sesuai janji saya kemarin di blog saya yang lain (http://greissiadiary.wordpress.com), hari ini saya akan menulis tentang kerendahan hati menurut Alkitab.

Sebagian orang menganggap bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang tidak banyak bicara… Lalu, apakah kemudian seorang sanguin yang suka bicara adalah orang yang tidak rendah hati?

Sebagian orang menganggap bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang sederhana dan tidak berlebihan… Lalu, apakah kemudian aktor dan aktris adalah orang yang tidak rendah hati?

Teman saya menganggap bahwa orang yang rendah hati adalah orang yang tidak suka menunjukkan karyanya di depan umum… Lalu, apakah kemudian seniman dan seniwati, para pelukis dan penari adalah orang yang tidak rendah hati?

Saya mencari kapan Kristus pernah memerintahkan kita “hendaklah kamu rendah hati”, dan saya tidak menemukannya. Saya hanya menemukan satu ayat seperti ini:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

Ayat ini ditujukan bagi mereka yang sedang lelah, letih dan memiliki beban berat… Kristus memiliki solusi, yaitu datang padaNya, memikul kuk yang Dia pasang dan belajar pada-Nya.

Saya merasakan adanya kejanggalan dalam ayat ini. Apa hubungan antara berbeban berat, dengan belajar pada Yesus yang lemah lembut dan rendah hati… Apakah maksudnya orang yang memiliki beban berat adalah mereka yang memiliki masalah dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati?

Mari kita lihat…

Marilah kepadaku semua yang letih lesu. Pernahkah Anda merasa letih dan lesu? Letih lesu adalah suatu perasaan ketika kita mengeluarkan energi begitu besar namun tidak mendapatkan hasil seperti yang kita harapkan.

Ketika kita mendapatkan hasil seperti yang kita harapkan, kita mungkin lelah, tapi tidak lesu. Letih lesu adalah suatu kondisi yang membuat kita merasa kecewa, marah, sedih bercampur menjadi satu.

Ajakan pertama yang Yesus berikan adalah kepada mereka yang letih lesu. Ajakan kedua kepada mereka yang berbeban berat. Berbeban berat adalah kondisi ketika terlalu banyak hal yang harus kita lakukan, atau pikirkan,

Berbeban berat membuat tidur kita tidak nyenyak, dan hari-hari kita dipenuhi kegelisahan yang luar biasa. Saya pernah mengalami ini. Ketika saya merasa kapasitas diri saya jauh lebih kecil daripada apa yang harus saya tanggung.

Kepada mereka yang letih lesu dan berbeban berat Tuhan Yesus mengajak “marilah kepada-Ku… Aku akan memberi kelegaan kepadamu”

Aaah…kelegaan adalah kata favorit saya. Pernahkah Anda merasa begitu lega? Lega itu seperti ketika Anda sedang tour ke luar negeri yang sama sekali asing, kemudian Anda tersesat… Anda tidak tahu bahasa setempat, hari sudah malam dan Anda tidak memiliki uang sepeser pun. Kemudian Anda mendengar dua orang yang tampaknya bekerja di salah satu kios bicara dengan bahasa Anda… Anda bertanya padanya jalan pulang kembali ke hotel, dan mereka bersedia mengantarkan Anda ke hotel… Lega…

Atau ketika Anda berada dalam satu kendaraan umum hanya berdua bersama seorang pemabuk yang tampaknya berbahaya… Anda lihat pisau menyembul di pinggang si pemabuk dan rupanya dia bisa berbuat apa saja. Tapi kemudian tiba-tiba dua orang polisi naik ke kendaraan umum yang Anda naiki… Lega…

Tapi rupanya Tuhan tidak ingin kita berhenti di kondisi “lega”… Lega saja tidak cukup… Dia melanjutkan “pikullah kuk yang Ku-pasang,…”

Mengapa seorang bisa merasa letih lesu dan berbeban berat…? Sederhana… Mereka menanggung sesuatu yang seharusnya tidak mereka tanggung… Mereka menanggung sesuatu yang tidak dimaksudkan untuk mereka.

Tapi diberikan kelegaan tidak berarti bahwa kita tidak boleh menanggung apapun… Dalam hidup kita memiliki tanggungjawab yang harus kita tanggung, sebuah kehidupan yang harus kita jalani dengan baik. Kehidupan kita sendiri (bukan kehidupan orang lain) yang khusus diberikan Tuhan.

Nah… Sekarang kunci yang terpenting adalah, bagaimana caranya agar kuk itu tidak terasa memberatkan dan akhirnya membuat kita (lagi-lagi) merasa letih lesu dan berbeban berat?

Kata Yesus “belajarlah pada-Ku, karena aku lemah lembut dan rendah hati, dan jiwamu pun akan mendapat ketenangan”

Dari kalimat Yesus saya simpulkan, rendah hati dan lemah lembut adalah kunci bagaimana seseorang tidak akan merasa berbeban berat dan letih lesu ketika menanggung kuk yang dipasangkan kepadanya.

Jika rendah hati dan lemah lembut ini akan membuat jiwa kita tenang. Lalu apakah bisa kita simpulkan kurangnya kelemahlembutan dan kerendahan hati akan membuat kita tidak tenang?

Hal paling berat yang dapat ditanggung seseorang bukanlah pekerjaan ataupun bobot suatu benda, melainkan pikiran…

Pernahkah Anda melakukan sesuatu yang berat, kemudian tidak seorang pun menghargai usaha Anda? Apa yang Anda lakukan? Yes!! Rasanya ingin sekali memberitahu pada dunia bahwa Anda sudah lelah… Dalam hati Anda berteriak “tak dapatkah kalian menghargaiku sedikit saja”

Atau ketika Anda melakukan sesuatu yang tidak membuahkan hasil, entah itu karena kesalahan Anda, kesalahan sistem, atau bukan kesalahan siapa-siapa. Rasanya ingin sekali menunjukkan betapa berat usaha yang sudah Anda lakukan, benar begitu?

Ketika Yesus disalibkan, Dia tidak berteriak-teriak mempersalahkan umat manusia “lihat, karena kalian aku menderita ini semua”. Dia menanggungnya dengan tekun dan mengakui bahwa apa yang Dia lakukan adalah dari Dia yang mengutus-Nya.

Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa Dia tidak melakukan pekerjaan keselamatan. Dia mengatakan bahwa pekerjaan itu Dia lakukan karena Dia menaati Bapa yang mengutusNya.

Menjadi rendah hati bukanlah berarti menyangkali beban yang kita tanggung. Bukan juga menyangkali hasil karya kita.

Rendah hati berarti dengan tulus mengakui bahwa apa yang kita lakukan adalah menanggung kuk yang Tuhan pasang, yang merupakan kepercayaan yang Tuhan beri. Jika kita melakukannya, itu adalah karena kita taat dan untuk kemuliaan nama Tuhan.

Satu lagi kunci agar jiwa kita tenang adalah lemah lembut.

Beban berat seringkali membuat kita tidak sabaran, betul? Pekerjaan yang menumpuk, tugas-tugas yang belum selesai, hasil yang buruk membuat kita cenderung mudah naik pitam.

Kunci ketenangan jiwa yang Tuhan Yesus berikan adalah: lemah lembut. Saya mencoba mengartikan lemah lembut sebagai pengendalian emosi. Ketika Yesus melakukan bagianNya di salib, Dia tidak menjawab atau membalas, sekalipun Dia mampu melakukannya.

Oya, ada satu lagi jaminan dari Tuhan tentang Kuk yang dia berikan “karena kuk yang Kupasang itu enak, dan beban-Ku pun ringan”

Mengapa bisa kuk itu enak? Mana ada beban yang ringan?

Tentu saja, bukankah enak melakukan apa yang memang Tuhan maksudkan dalam hidup kita? Apalagi, Dia Tuhan yang bertanggungjawab. Dia memberi kita perlengkapan untuk melakukan maksudNya.

Jika Tuhan ingin Anda menjadi dokter, bukankah Dia memperlengkapi Anda dengan hati yang berbelas kasihan dan otak cemerlang?

Jika Tuhan ingin Anda menjadi penyanyi, bukankah Dia memperlengkapi Anda dengan suara yang indah dan hati yang peka?

Jika Tuhan ingin Anda menjadi guru, bukankah Dia memperlengkapi Anda dengan kemampuan mengajar dan kesabaran luar biasa?

Hanya saja satu hal… Kuk itu adalah kuk-Nya, dan beban itu adalah milikNya… Jadi, belajarlah padaNya untuk rendah hati dan lemah lembut… Agar jiwa kita tenang…

Tuhan memberkati!

1 thought on “Rendah Hati dan Lemah Lembut

  1. Pingback: Ambiguitas Kerendahan Hati | Greissia Personal Diary

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s