Siapa sih yang gak punya talenta? Setiap orang pasti diberi talenta oleh Tuhan. Gak mungkin ada orang yang lahir ke dunia tidak dengan tujuan apapun. Karena manusia lahir dengan tujuan, maka minimal satu talenta udah pasti dikasih Tuhan…
Bagaimana cara Tuhan memberi talenta? Ia memberi berdasarkan kesanggupan manusia. Jadi bukan sembarang memberi. Trus, gimana dong dengan mereka yang mengubur talenta…Hmm, Tuhan tidak pernah salah, mereka sebenarnya sanggup. Ada banyak alasan mengapa orang menguburkan talentanya
- Tidak berani mengambil resiko
- Malas
- Takut omongan orang
Nah, pertanyaan yang selalu mengganggu pikiran saya adalah, apakah waktu Tuhan memberikan kita talenta Dia ingin kita hidup dari talenta itu? Bagaimana jika kita mengembangkan talenta dan hasilnya menjadi milik orang lain?? Apakah itu namanya tidak bertanggungjawab?
Bagaimana kalau misalnya talenta kita adalah bermusik, tapi keadaan (bisa orangtua, teman, dll) membuat kita memilih untuk mengerjakan pekerjaan lain…Ada begitu banyak orang yang tidak bahagia karena melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai.
Apakah benar bahwa tidak egois itu sama dengan melakukan apa yang orang lain inginkan (sekalipun orangtua kita menginginkan agar kita melakukan apa yang tidak kita sukai dan bukan bagian dari talenta kita?)
Jadi, kalau Tuhan memberikan seorang manusia talenta untuk memperlengkapi mereka mewujudkan tujuan Tuhan dalam hidup mereka, pantaskah jika kita menyia-nyiakan talenta itu demi orang lain??
Hmm…perlu disadari bahwa talenta itu tidak selalu berbicara tentang apa yang kita sukai sekarang atau yang tidak kita sukai saat ini..we have to be able to distinguish between talent and hobby. Hobi adalah sesuatu yang kita sukai sementara talenta, kadang2 kita ga suka dan hasilnya, kita ga mau mengembangkan talenta itu. The same thing applies here. Let me answer your questions one by one..(cieehh..haha)
Pertama, kita itu tidak hidup dari talenta. Tuhan tidak ingin kita hidup dari talenta. Talenta itu tidak menentukan apakah kita akan hidup berhasil atau tidak. Yang menentukan apa yang Tuhan inginkan adalah kehidupan kita. Benar talenta itu satu pemberian dari Tuhan dan kita harus mengembangkannya. Tentu saja untuk mengerjakan tugas2 yang dari Tuhan, Tuhan udah menyiapkan dan menabur benihnya terlebih dahulu dalam hidup kita:) dan itu bisa dinamakan talenta dan karunia. Tapi kita tidak bisa mengandalkan talenta itu sendiri. Kita harus mengandalkan Tuhan. Tuhan yang memberikan talenta itu dan pertanyaannya adalah, “Apakah kita siap menggunakan talenta itu untuk memperlebar kerajaan-Nya?”
Yang kedua, paksaan dari orang2 sekitar memang terkadang membuat kita bingung dan sulit menolak. Apalagi kalau orang yang memaksa kita adalah orang tua kita sendiri. Perlu disadari satu hal bahwa orang tua adalah wakil Allah dalam hidup kita. Mereka berdua telah diberi kepercayaan oleh Allah untuk mendidik kita dan Tuhan telah memberikan mereka hikmat untuk gimana caranya mendidik kita. Firman Tuhan menegaskan bahwa kita harus menghormati orang tua kita (salah satu hukum Taurat). I believe that God wants us to obey our parents. Kalau memang ujung2nya ternyata kita bukan disana, Tuhan pasti dengan berbagai macam cara-Nya, akan membawa kita kembali kepada apa yang seharusnya kita lakukan. Although probably right now we feel like we are doing something that might bring nothing, just believe that one day God will bring us to the place yang pasti. Mungkin Tuhan lagi menguji kesetiaan kita dan ketaatan kita kepada orang tua. Tuhan itu kan kalau menguji bisa lewat berbagai macam hal seperti ini. God probably wants us to learn how to submit and to obey our parents regardless how forcing they are. Yang ga enak emang membuat kita ga bahagia, tapi remember bahwa apa yg kita lakukan itu bukan kita lakukan buat orang laen apalagi diri sendiri..we work for God^^
Hmm…mengikuti kehendak orang tua bukan berarti kita tidak egois. Untuk mengerti lebih lanjut, orang tua itu harus kita hormati dan kita taati. Memang bukan berarti kita menjadi “slave” mereka dan melakukan apapun yang mereka suruh. In the mean time, waktu kita melakukan apa yang mereka suruh, we have to pray and ask God if it is what He wants in our lives. Tuhan ga mungkin melakukan something yg ga sejalan dengan jalan kerja-Nya. Orang tua bisa salah, tapi Tuhan ga mungkin salah. So kita harus peka sama suara-Nya dan cari tau apakah yang kita lakukan itu benar. Kalau memang salah, kita harus mengutarakan kebenaran kepada orang tua. Menyatakan kebenaran itu bukan berarti kita melawan mereka. Kebenaran itu harus dinyatakan supaya nama Tuhan ditinggikan. Tapi tentu aja jangan pake emosi. Kita harus dengan kepala dingin. Harus minta hikmat dari Tuhan:) the truth hurts, but it needs to be revealed. Tapi klo jawaban Tuhan ternyata kita tetep harus berjalan disitu, ya kita taati dan lewati aja meskipun ga enak dan ga membahagiakan. Remember, we work for God!
Untuk menjawab pertanyaan yang terakhir, the only word that I will throw out is wisdom. We need wisdom. Seperti yang saya katakan sebelumnya, Tuhan bisa saja menguji kesetiaan kita dalam perkara kecil lewat orang2 sekitar kita. Memang ga enak, tapi klo emang itu jalan Tuhan, we have to go through. BUT we need wisdom. Kita harus tau apakah ini memang dari Tuhan atau bukan. Kita bukan “slave” buat orang laen, kita adalah anak2 Tuhan:) Kalau kita yakin dan tau bahwa kita berjalan bersama2 dengan Tuhan, talenta itu tidak akan sia2. One day, Tuhan akan bawa kita dan membuka mata kita lebar2 bahwa hal2 yang pernah terjadi dalam hidup kita, meksipun ga make sense waktu itu terjadi, it will bring benefit into our lives because God makes everything perfect! Dia mencampur2 yang aneh2 jadi enak;)
Kesimpulannya: taat, setia, dan jalani apa yang Tuhan suruh kita lakukan. Ga enak? Ya ga masalah…Tuhan lagi membuat semuanya jadi enak^^ hehe semoga bisa membantu:) I’m in this process soalnya..hoho
Glek glek.. kok ada yang melebar ya?…hihihi perkenankan saya berdialog dengan dua embak embak ini…
@greissia
jangan terlalu banyak berkutat di pemahaman,karena sebenarnya kamu yng paling tau siapa kamu sebenarnya ,mungkin terkesan “akuisme” ya,PD aja lg..do more ajalah hihihi coz when there is a great love there are always miracle…Percaya deh!
@intan
Salam kenal.
Mbak intan kayaknya melarang banget kalo kita idup dari talenta ya..memang pada dasarnya kita harus mengandalkan Tuhan, tapi ketahuilah bahwa kenyataannya kita juga harus ngandelin talenta kita tuk tetep idup (ada kebutuhn sandang,pangan,papan).Perhatikan aja ortu kita, mereka idup dari talenta kok. Bah, Berbicara tentang talenta pasti nanti kesononya nymbung dengan profesi.Nah,berbicara profesi,itu juga pasti ada kaitnnya dengan like or dislike..maksudnya apakah kita senang dengn profesi kita atau tidak…Bisa aja profesi kita berhasil (dalam artian kaya,dsB) tapi kalo itu gak disenangi bisa tekanan batin..Nah,klo kita mencintai apa yang kita kerjakan, meskipun kelihatanny belum ada hasil, perasaan batin tuh kyknya puaas banget bener ga? Dan tuk tipe orang ini saya bisa kategorikan sebagai orang paling bahagia sedunia:) ehm,Tuk bahasan mbak intan yang laennya saya setuju buanget.
JAdi giman dong?..jadi barangkali kalimat yang tepat adalah: Kita harus menghidupi talenta kita:) bukan hidup oleh talenta..Karena klo kita hidup oleh talenta seolah-olah talentalah yang berkuasa…tapi klo kita menghidupi talenta maka sebenrnya kita sedang membuat orang hidup (bukan kita lagI) menjadi lebih lebih lebih hidup…Percaya deh,pasti kelak kalian ngerti apa yang saya maksud:)
Satu lagi: “kita jangan hidup oleh agama namun kita harus menghidupi agama”
ok greis keep blogging ya….ta tunggu thread2 yng lebih tajam..