Kesabaran dan Toleransi


Sudah lama tidak menulis blog ini. Kalau saya tidak salah ingat, terakhir kali yang menulis dengan serius adalah Yoanna Greissia berusia 37 tahun. Versi yang paling rajin menulis adalah yang berusia antara 28 sampai 35 tahun. Tidak perlu saya jelaskan kenapa Versi berusia 37 – 39 malas sekali menulis (toh sebenarnya yang membaca pun sedikit, hehehe).

Hari ini, untuk pertama kalinya versi berusia 39 tahun akan menulis. Sedikit tergelitik karena menemukan bahwa di usia tertentu, sebagian orang menjadi sangat tidaksabaran (termasuk saya mungkin). Baru saja adik saya mengirimi saya pesan teks mengatakan bahwa dia merasa belakangan ini tidak sabar dengan orang-orang yang lambat sekali jika bercerita (kebetulan yang dia maksudkan adalah anak muda, walau tak jarang juga tidak sabaran dengan orang yang lebih tua)

Sebagai orang muda, sebelum memasuki usia 40-an, beberapa orang dianugerahi sikap kritis, cepat tanggap, perfeksionis. Kemudian, dalam usia tertentu (khususnya di puncak kehidupan, sebelum menukik turun, menjelang paruh baya) seringkali mereka merasa bahwa standar mereka adalah yang terbaik. Orang lain harus mengikuti standar mereka, dalam hal kecepatan bicara, kemampuan menangkap informasi, kemampuan menyelesaikan masalah, kecepatan berjalan, semua harus seperti standar yang mereka buat.

Ketika orang lain gagal mencapai standar tersebut, mereka menjadi tidak sabaran, marah-marah, dan frustrasi sendiri. Mungkin ini adalah alasan kenapa banyak orang tua terlihat begitu letih dan jenuh dengan kehidupan, mereka memiliki standar (yang terkadang terlalu tinggi) dan menuntut orang lain memenuhi standar tersebut.

Kemudian, bersama dengan waktu yang berjalan, usia bertambah, sebagian dari orang-orang tersebut belajar, bahwa hidup tak bisa selalu menuruti apa yang kita inginkan. Sebagian orang-orang itu menyadari bahwa ketika mereka muda, tentu mereka telah menguji kesabaran orang yang lebih tua, dan saat mereka tua nanti, mereka mungkin akan menguji kesabaran orang yang lebih muda.

Mereka belajar, bahwa semakin mereka tidak sabaran, artinya semakin mereka harus memperbesar toleransi, karena kesabaran berbanding lurus dengan toleransi. Semakin rendah kesabaran, semakin tinggi toleransi yang harus diusahakan.Hanya dengan cara demikian, mereka akan memperoleh kembali kesabaran.

Namun bersama dengan sang waktu tersebut, sebagian orang lainnya mungkin tidak belajar , mereka terus menuntut agar hidup memberi mereka apa yang mereka inginkan, agar orang lain melakukan persis seperti yang mereka harapkan. Orang-orang itu mungkin nantinya akan menjadi nenek tua cerewet atau kakek-kakek pemarah, yang menggerutu dengan kehidupan dan menganggap semua orang di luar dirinya adalah orang yang selalu salah.

Saat ini, si versi 39 tahun ini, yang akan memasuki era menurunnya kurva kehidupan, sedang belajar menjadi yang pertama. Belajar bahwa hidup tak bisa selalu memenuhi apa yang saya inginkan. Belajar untuk memperbesar toleransi ketika kesabaran semakin menurun, agar nanti di usia senja tidak menjadi nenek-nenek cerewet yang menjengkelkan anak-anak muda.