Kembalinya Sang Macan


Pernah suatu saat Sang Macan terluka,
Setelah dua kali pertarungan panjang
Taring tetap ditunjukkan walau kuku menumpul,
Menanggung malu karena kekalahan dua kali

Aral dikalahkan oleh tukang kayu
Sang pembisik memintanya tetap berseberangan,
Tetaplah kita berjuang melawan tukang kayu itu
Sampai titik darah penghabisan

Sang Jenderal adalah prajurit,
Dilatih untuk mendahulukan negara,
Tak dididik untuk mendendam,
Bersatu dengan tukang kayu
Demi mengabdi pada negara

Dia adalah Macan Asia
Kini kembali untuk bertarung
Dengan tukang kayu di belakang,
Dan anak tukang kayu di sisinya,
Dia tak akan kalah lagi

Kini kukunya kembali runcing,
Banteng bukanlah lawan sepadan,
Apalagi banteng memajukan Si Angkuh
Lawan tak sepadan yang angkuh dan suka menggerutu

Kemenangan telak diperoleh,
Sang Macan Asia kembali
Masa lalu tak menghalangi kini
Karena dia dikelilingi orang baik
Pendukung si tukang kayu,
yang mempercayai pilihannya

Berjuanglah di depan, hai Jenderal,
Berjuanglah untuk bangsamu,
Walau harus terpincang kau berjalan,
Anak-anak bangsa bersamamu
Pemuda pemudi di belakangmu

Berjuanglah Macan Asia,
Mengaumlah dengan keras
Tunjukkan bahwa Indonesia bisa,
Buktikan apa yang selalu kau perjuangkan
Bahwa kita adalah bangsa yang besar

Selamat atas kemenangan Bapak Prabowo dan Gibran di Pemilu 2024

Tasniem, Seorang Anak yang Membela Ayahnya


Beberapa hari belakangan, Media Sosial dihebohkan dengan surat terbuka seorang wanita bernama Tasniem Fauzia Rais, anak seorang politikus bernama Amien Rais.

Tulisan saya kali ini tidak ditujukan untuk membalas surat terbukanya (yang sudah dibuat secara luar biasa oleh Mbak Dian Paramita), juga tidak untuk mencaci maki Tasniem, walau saya sama sekali tidak setuju dengan apa yang ditulisnya.

Mundur ke belakang kita mengetahui dari pelajaran sekolah bahwa Lembaga tertinggi di Negara Pancasila ini adalah MPR, dan bahwa Amien Rais pernah duduk sebagai ketuanya. Sebagai seorang puteri dari Ketua Lembaga tertinggi negara, saya membayangkan bahwa Fauzia muda memiliki rasa bangga luar biasa akan jabatan ayahnya ini, walau dibungkus dengan baik dalam kostum yang bersahaja seperti kata Dian Paramita dalam tulisannya. Continue reading