Mari Bicara Surga dan Neraka


Mari kita jujur, setiap agama memang mengajarkan jalannya sendiri untuk mencapai Surga. Mereka yang beriman akan mengatakan agamanya yang pasti akan membawa mereka ke Surga. Tidak heran, itu namanya iman.
Saat seorang Afi, anak remaja menyampaikan ini, begitu banyak orang termasuk para profesor menghakiminya dan mencelanya habis-habisan. 

Bicara soal agama, tidak salah juga kalau di jaman sekarang agama dikatakan warisan. Seiring dengan pertambahan usia, iman memutuskan apakah kita akan mempertahankan warisan itu, atau melepasnya dan menukarkannya dengan yang baru yang kemudian akan kita wariskan pada anak cucu kita.

Setiap manusia yang (mengaku) beriman pastilah akan berusaha membuat anak-anaknya mempertahankan warisannya, hal itu tidak dapat dipungkiri. Alasan kebanyakan orang sederhana, agar anak-anaknya kelak juga akan mendapat Surga, seperti yang ia yakini. Kemudian akan marah ketika anaknya tiba-tiba memutuskan untuk melepaskan warisan tersebut karena imannya pada sesuatu yang lain.

Hidup di dunia ini singkat, namun sebagian orang bukannya memaknainya, namun hidup dengan terus menerus memikirkan Surga. Mereka berusaha mendapatkan Surga dengan segala cara. Bahkan ada yang membuat versinya sendiri tentang Surga dan bagaimana mendapatkannya. Kemudian teori-teori pun dibuat seolah syarat Surga semakin lama semakin fleksibel, seolah Surga adalah buatan manusia.

Surga memang adalah impian akhir setiap manusia. Setiap agama tentu mengajarkan bagaimana memperolehnya. Namun banyak orang lupa bahwa tujuan akhir itu merupakan anugerah dari Pencipta. Karena jujur saja, manusia terlalu lemah untuk mengupayakannya. Ayolah, tak akan ada yang sanggup mencapainya dengan usaha sendiri.

Anda mengatakan begini begitu akan membuat Anda layak masuk Surga, lalu bagaimana dengan kebencian dalam hati, cacian yang dilontarkan atau ancaman yang terang-terangan. Tidakkah itu membuat Anda tidak layak masuk Surga.

Sedemikian ketakutannya Anda dengan Neraka sehingga membuat fantasi sendiri mengenai Surga. Bagaimana jika justru fantasi Anda tentang mendapatkan Surga akan membawa Anda ke Neraka?

Saudara, Surga dan Neraka diciptakan sebagai tujuan akhir manusia, bukan untuk diperebutkan, tapi dianugerahkan. Apa bedanya? Ketika Anda memperebutkan Surga, Anda akan fokus pada bagaimana mengkafirkan orang lain, menunjukkan pada orang lain bahwa hanya Anda yang layak masuk Surga. Seperti permainan panjat pinang. Anda akan berusaha menendang atau menarik turun orang lain.

Namun ketika Anda percaya bahwa Surga dianugerahkan, maka hidup Anda akan dilimpahi dengan syukur pada Ilahi. Syukur karena sebenarnya Anda tidak layak, namun Sang Ilahi menganugerahkannya pada Anda. kemudian Anda akan hidup sebaik-baiknya sebagai perwujudan rasa syukur pada Ilahi yang telah menganugerahkannya pada Anda.

Pertanyaannya sekarang, jika memang Surga itu dianugerahkan atau dihadiahkan, dan bukan diperebutkan, bagaimana caranya agar Anda mendapatkannya?

Semoga Tuhan, sumber segala hikmat memberi kita semua pencerahan….