Tuhan,
Kata papaku, besok kami akan ke gereja
untuk bertemu dengan-Mu
untuk memandang wajah-Mu
untuk memuji nama-Mu
Sebenarnya aku tak mengerti
Mengapa kami hanya melakukannya hari Minggu
Apakah aku tak dapat bertemu dengan-Mu
di hari Senin, atau Selasa, atau Rabu
di hari Kamis, atau Jumat, atau Sabtu
Apakah aku tak dapat memuji nama-Mu
di hari Senin, atau Selasa, atau Rabu
di hari Kamis, atau Jumat, atau Sabtu
Apakah Kau tak akan menganggapku
Jika aku datang padaMu
di hari Senin, atau Selasa, atau Rabu
di hari Kamis, atau Jumat, atau Sabtu
Kata Guru Sekolah Mingguku
Kami datang ke gereja untuk belajar tentang Engkau
Aku tak mengerti…
Apakah aku tak dapat mempelajarinya
dari Alkitabku
di hari Senin, atau Selasa, atau Rabu
di hari Kamis, atau Jumat, atau Sabtu
Apakah Kau tak akan menyatakan diriMu
di hari Senin, atau Selasa, atau Rabu
di hari Kamis, atau Jumat, atau Sabtu
Kata bapak pendeta,
kami ke gereja untuk bersekutu
bersama saudara seiman
Tapi ku lihat semua orang dewasa tak saling mengenal
Bersalaman, tersenyum
Menganggukan kepala, berpisah
Tuhan,
Bukannya aku tak suka ke gereja
Aku hanya tak paham
Kata orang gedung itu rumahMu
Bukankah kami baitMu?
Kata orang kau tinggal di dalam gedung itu
Bukankah kataMu Kau tinggal dalam hatiku?
Tuhan,
Aku suka berada di sekitarMu
Aku suka bersama teman-temanku di sekolah minggu
Aku hanya tak paham
Bagaimana aku dapat lebih mengenalMu
Bagaimana aku dapat memujiMu
Bagaimana aku dapat belajar tentangMu
di hari Senin, atau Selasa, atau Rabu
di hari Kamis, atau Jumat, atau Sabtu
—
Jangan salah sangka dengan saya. Melalui tulisan ini saya hanya ingin mengatakan, seorang anak harus tahu dengan jelas mengapa setiap Minggu ia diajak orangtuanya ke gedung gereja.
Jangan sampai kita menanamkan pengetahuan yang salah hingga anak-anak kita berpikir bahwa Tuhan hanya dapat ditemui hari Minggu dan ibadah hanya dilakukan di gedung gereja.
Patut diingat bahwa sejak kematian Yesus, tirai Bait Suci terbelah. Tak ada lagi jarak agamawi antara Tuhan dan manusia. Manusia dapat bicara langsung dengan Tuhan tanpa perantara imam lain selain Kristus.
Tujuan kita seminggu sekali bertemu di gedung itu adalah untuk berjumpa saudara seiman, agar dapat BERSAMA-SAMA beribadah dan SALING menguatkan satu dengan yang lain.
Ibadah Minggu di gereja bukanlah sekedar etalase untuk kebesaran sebuah organisasi keagamaan (kita bukan manekin, bukan?). Lebih dari itu, merupakan tempat di mana umat Kristen berkumpul, saling menguatkan dan dikuatkan, karena bukankah berdua lebih baik dari seorang diri?
Namun permasalahannya, apakah kita mengenal mereka yang beribadah BERSAMA kita? Apakah kita dapat menguatkan dan dikuatkam oleh mereka? Apa kita dapat berbagi dengan mereka? Ya… ini memang PR yang berat bagi kita…
Jangan sampai kita berbaris dalam kumpulan orang yang diikat dengan kilangan di leher dan dilempar ke laut.