Menyadari pentingnya pengelolaan manajemen yang baik, salah seorang Hamba Tuhan di salah satu gereja di sebuah kota di Indonesia menghubungi kami untuk membantu beliau menata manajemennya. Dalam perbincangan santai dengan salah seorang Hamba Tuhan di gereja tersebut kemarin (setelah rapat konsultasi usai), saya mengatakan bahwa salah satu pokok persoalan yang menyulitkan dalam memperbaiki manajemen gereja (untuk beberapa gereja) adalah istilah “Pemimpin yang melayani”.
Saya menceritakan bahwa dalam dunia sekuler, Job Desc merupakan daftar tugas yang menjadi acuan seseorang bekerja. Tidak boleh ada inisiatif kebablasan yang membuat seseorang merasa harus mengerjakan tugas orang lain. Setiap orang harus menghormati wilayah pekerjaan dan wewenang orang lain, dalam dunia sekuler. Dalam dunia sekuler, walaupun sebagai pemilik perusahaan, namun batasan pekerjaan tetap dibuat. Sebagai konsultan, saya akan menganjurkan agar pemilik perusahaan tidak ‘ujug2’ mengepel lantai atau membuang sampah. Alasannya? Hal tersebut dapat merusak “chain of command” dalam perusahaan tersebut.
Saya akan bercerita sedikit apa itu chain of command. Chain of Command adalah sebuah hubungan dalam struktur organisasi yang menunjukkan siapa melaporkan pekerjaan pada siapa, siapa bertanggungjawab kepada siapa, siapa harus menjawab apa kepada siapa. Chain of Command yang baik menjamin bahwa ada satu orang yang bertanggungjawab untuk setiap tugas dan posisi.
Sekarang bayangkan jika seorang manager tiba-tiba berusaha mengepel lantai. Manager tersebut berinisiatif untuk membersihkan lantai ketika ada seorang yang muntah. Siapa yang menjamin bahwa apa yang dilakukannya sesuai dengan prosedur yang berlaku? Siapa yang menjamin bahwa hasil akhir dari pekerjaannya sempurna? Jika tidak sempurna, siapa yang bertanggungjawab?
Nah, hal tersebut sulit sekali diterapkan di dalam gereja. Dalam sebuah gereja saya pernah melihat ketika “pemilik gereja” yang adalah pengusaha (jaman sekarang gereja bisa dimiliki oleh seorang pengusaha yang bukan pendeta dan kemudian memanggil pendeta-pendeta bergelar Pdt. untuk berkotbah) tiba-tiba tergerak untuk memarkirkan kendaraan yang masuk ke gedung sebuah guest house yang adalah miliknya. Tanpa bermaksud seudzon, Beliau mungkin ingin menunjukkan pada pendeta yang berkotbah bahwa beliau termasuk “pemimpin yang melayani”
Baik, di beberapa gereja mungkin memang ada “pelayanan parkir”. Tapi dalam kasus ini tidak begitu, ada petugas parkir yang sedang bertugas di sana. Petugas parkir tersebut, sesuai dengan budaya timur, tentu saja tidak dapat menghampiri si Bapak dan berkata “maaf Pak, saya yang bertanggungjawab mengatur parkir di sini, biarkan saya melakukan tugas saya… Bapak masuk saja”. Tentu yang bersangkutan takut dipecat.
Ada banyak kesalahan yang dapat terjadi ketika seorang atasan tiba-tiba mengambil alih job desc bawahan, diantaranya:
- Ketika kesalahan terjadi, sulit mencari siapa yang bertanggungjawab.
- Ketika kesalahan terjadi, wibawa atasan akan jatuh di depan anak buah.
- Ketika yang dilakukan benar, kinerja anak buah justru akan menurun
Di gereja, menanamkan pemahaman ini menjadi begitu sulit karena adanya konsep “pemimpin yang melayani”. Mungkin Anda kemudian berkata, “kalau begitu apakah kamu setuju jika para pendeta bersikap bossy?”
Saya akan balik bertanya: Mengapa Yesus menyuruh murid-muridnya mencari makanan ke warung ketika 5000 orang laki-laki mengikutinya? Mengapa tidak dia sendiri saja yang pergi mencari makanan?
Atau: Mengapa Yesus menyuruh murid-muridNya mencari keledai untuk Dia tunggangi di hari raya Pondok Daun, kenapa tidak Dia saja yang mencarinya? Kenapa Dia menyuruh murid-murid-Nya yang mencari loteng untuk mereka makan Paskah terakhir, mengapa tidak Dia saja?
Apa Anda menangkap maksud saya? Menjadi pemimpin yang melayani tidak berarti bahwa Anda mengerjakan bagian orang lain. Setiap orang memiliki porsinya masing-masing. Menjadi pemimpin yang melayani berarti Anda melakukan tugas Anda dengan sikap hati yang benar untuk kepentingan banyak orang, bukan hanya sekedar untuk kepentingan Anda. Menjadi pemimpin yang melayani adalah mempercayai peran semua orang dalam organisasi yang Anda pimpin, mengakui bahwa bukan Anda satu-satunya yang hebat, menghargai setiap orang atas kinerja mereka yang tidak ada intervensi seenaknya.
Saya tahu beberapa orang akan menunjukkan saya definisi boss dan leader… Lihatlah gambar di bawah, jika Anda seorang leader, Anda akan memastikan perahu yang Anda naiki bergerak ke arah yang benarĀ dan bukannya merebut dayung dan ikut mendayung… Jika Anda melakukannya karena ingin menjadi “pemimpin yang melayani”, percayalah, mungkin kapal Anda akan menabrak karang. Seorang boss akan duduk santai dan menyalahkan semua orang ketika perahu tidak sampai di tujuan atau mengambil alih tujuan ketika perahu tiba di tujuan dengan selamat.
Memang terkadang kita perlu bersabar ketika kinerja orang lain tidak sebaik yang kita harapkan. Pemimpin yang melayani memberi kesempatan dan motivasi, bukan mengambil alih…
Ketika Anda menjadi pemimpin, walau itu di dalam gereja, saya sarankan… Hormati Chain of Command!