Saat-saat di tempat gelap (Maz 11)


Biasanya saya membaca ayat-ayat dalam Mazmur begitu saja…beberapa hari ini saya mencoba membaca Mazmur dalam sudut pandang yang berbeda. Berharap dapat mendapatkan banyak pelajaran dari Musisi dan Composer Jenius bernama Daud (He is really a composer….wow)

Baru terpikir untuk menuliskannya di sini setelah pasal ke 11…tapi mungkin lain kali dapat menuliskan pasal2 sebelumnya.

Yang bikin saya takjub adalah ayat dua dan tiga. Sepintas dibaca ayat ini sulit dimengerti dan biasa saja.
“Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?”

WOW, benar-benar luar biasa.

Kalau kita mengaku orang benar, jangan kaget kalau dalam keseharian kita ada banyak anak panah terarah kepada kita, menanti untuk ditembakkan….di tempat gelap. Orang-orang sekitar kita berpikir
“Tidak mungkin orang itu benar di sepanjang hidupnya, pasti ada saat-saat di mana dia lengah. Saat-saat di mana ia melakukan apa yang tidak benar DI TEMPAT GELAP” Atau jika saya boleh menggantinya, saat tidak ada seorang pun yang melihat.

Tulus hati dalam bahasa Indonesia mungkin sulit dimengerti, tapi dalam bahasa Inggris, tulus hati adalah virtue, integrity. Didefinisikan sebagai tetap melakukan yang benar, bahkan seandainya tidak ada seorang pun yang melihat.

Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?
Jika semua orang mengatakan bahwa yang benar itu salah dan sebaliknya yang salah itu benar. Apakah yang akan dilakukan orang yang tulus hati??

Teman-teman yang mengaku orang benar…Reputasi kita dipertaruhkan, BUKAN hanya di tempat terang..Tapi juga di tempat gelap…saat tidak ada seorang pun yang melihat

Ketika seseorang di persimpangan


Aku berdiri di persimpangan yang bernama,… “keputusan”
Di kiriku terbentang jalan lebar, mudah dan mulus bernama “reputasi”
Di kananku terbentang jalan sempit, terlihat sulit bernama “integritas”

Mana yang harus kupilih saat kedua jalan ini tiba-tiba berpisah
Andai saja kedua jalan ini menyatu seperti sebelumnya…
Saat integritas menentukan reputasi,
Atau reputasi berarti didapat karena integritas

Tiba-tiba saja kedua jalan itu berpisah
Dan kini aku dihadapkan dengan pilihan yang sulit

Jalan reputasi begitu terlihat begitu ramai,
kelihatannya hampir semua orang yang dihadapkan dengan persimpangan itu memilihnya

Jalan integritas begitu sepi
Sedikit sekali, hampir tidak ada orang yang memilihnya

Ah, mungkin akhir jalan ini akan sama
Siapa yang tahu kalau aku mengorbankan integritas dan memilih reputasi
Tidak ada orang yang melihat kalau aku berbohong sedikit atau menipu sedikit
Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya aku berpura-pura
Yang penting jalan ini mudah,
dan nama baikku selamat, setidaknya saat ini

Tidak akan ada yang tahu…
Atau…benarkah tidak ada yang tahu??
Bagaimana dengan diriku sendiri? Aku tahu
Bagaimana dengan Dia, yang melihat segala ciptaan? Dia tahu

Di sisi kanan jalan reputasi terbentang sebuah poster besar dan menarik
“No Body Knows”

Di sisi kanan jalan integrity terbentang sebuah poster
“God knows”

Di sisi kiri jalan reputasi terbentang sebuah poster besar bertuliskan
“You are the one who choose”

Di sisi kiri jalan integrity terbentang tulisan “CHARACTER”

Di depan jalan reputasi terbentang tulisan “praise from men”

Di depan jalan integrity terbentang tulisan “praise from heaven”

Ah, aku bertanya pada diriku sendiri
Tak ada yang melihat, apakah aku akan tetap berkata benar
Tak ada yang melihat, apakah aku akan tetap berbuat benar
Tak ada yang melihat, apakah aku tetap dapat memilih integritas??

to be continued

Note:
Suatu saat dalam kehidupan,
Kita akan menemukan, saat-saat dimana reputasi kita harus dipertaruhkan demi integritas
Tetap ingat..
Benar tetap BENAR walaupun tidak ada yang melihat
Benar tetap BENAR walaupun tidak ada orang yang melakukannya