Terjebak di antara keduanya.


Ada tiga jenis manusia hidup di jaman sekarang. Pertama adalah mereka yang hidup tanpa teknologi, masih hidup dengan cara yang lama. Oh ya, mereka masih ada. Coba saja Anda lihat mereka yang hidup di pulau terpencil, tidak ada jaringan, tidak ada televisi, hanya ada mereka dan alam. Kedua, mereka yang hidup full teknologi. Tidak dapat hidup tanpa bantuan robot atau mesin, atau tidak dapat hidup tanpa gadget di tangan mereka. Ketiga adalah orang yang terjebak di antara keduanya.

Ya, ada orang-orang yang terjebak di antara primitif dan teknologi. Entah sebaiknya kita memanggil mereka apa. Mereka hidup dikelilingi teknologi tapi mereka tidak memahaminya. Mereka masih hidup dengan cara yang sama seperti saat tidak ada teknologi. Mereka masih membual seolah kata-kata mereka tidak dapat dicek kebenarannya. Mereka masih berbohong mencoba mengutil seolah tidak ada CCTV yang melihat mereka.

Mereka ini yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini…. Mereka yang terjebak di antara primitif dan teknologi.

Sebut saja drama politik negara ini setelah pilpres. Satu pihak menuding pihak lainnya berbuat curang tanpa sadar bahwa jaman sekarang yang seperti itu dengan mudah dibuktikan. Atau sebaliknya jika ada yang berbuat curang dalam input hasil perolehan pemilu tanpa sadar teknologi dapat memungkinkan setiap mata mengawasi mereka.

Kita hidup di mana guru-guru modern mengatakan pada anak SMAnya, “oke buka gadget kalian dan tolong searching mengenai anu. Saya akan kasih kalian waktu 10 menit untuk mencari tahu dan setelah itu kita diskusi.” Sementara ada juga sekolah (di kota besar) yang melarang siswa-siswinya membawa gadget ke sekolah.

Saat guru-guru modern meminta anak didiknya mengumpulkan tugas lewat google class, masih ada sekolah di kota yang masih menyuruh siswinya mengumpulkan tugas menyalin dari google. COME ONE!!

Setelah dipikir-pikir akar permasalahannya, ternyata mengenai “integritas”. Jika saya disuruh menjelaskan satu kata sulit ini “Integritas” pada anak-anak. Saya akan mengatakan bahwa Integritas adalah dapat dipercaya dan dapat diandalkan dari segi kejujuran!

Sekolah atau guru yang terjebak antara primitif dan teknologi tidak dapat mempercayai siswa-siswinya jika mereka diijinkan membawa gadget ke kelas. Jadi alih-alih memanfaatkan teknologi mereka memilih membatasinya. Alih-alih mengajarkan nilai integritas agar anak menunjukkan sikap dapat dipercaya, mereka memilih menutup kesempatan anak berbuat curang. Paham maksud saya?

Ya, masalahnya memang rumit. Di satu sisi ada teknologi, di sisi lain ada karakter, jika keduanya dapat sejalan, bayangkan dahsyatnya masyarakat di mana kita tinggal. Mereka yang terjebak di antara primitif dan teknolgi adalah mereka yang tidak dapat mengejar teknologi dengan karakter positif, mereka yang tidak dapat bertanggungjawab atas teknologi yang ada di depan mata mereka… dengan kata lain, orang-orang yang norak!

Apakah kata ‘norak’ terlalu keras? Bagaimana dengan orang yang ‘piknik’ di stasiun MRT saat stasiun itu baru dibuka? atau mereka yang bergelantungan di MRT dan menginjak bangku MRT?

Apakah kata “norak” terlalu keras? Bagaimana dengan orang yang mengklaim kemenangan padahal hasil teknologi mengatakan sebaliknya?

Jadi jika kita mau dikatakan bijak, alih-alih norak, manfaatkan teknologi dengan bertanggungjawab dan pupuk karakter positif, serta sadari ada “CCTV” di manapun Anda berada!