Dunia ini semakin maju… BENAR! Namun sayangnya ternyata kemajuan di bidang teknologi berbanding terbalik dengan moral. Saat teknologi semakin berkembang, moral manusia semakin merosot. Media sosial seolah memberikan ide-ide mengenai kegilaan, kebrutalan dan kesadisan sehingga makin lama kita melihat begitu banyak berita-berita yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Hal yang paling gila adalah ketika kita, manusia, terbiasa dengan kegilaan ini sehingga kita merasa bahwa tidak ada yang salah dengan dunia di mana kita tinggal. Ketika intoleransi dianggap sebagai ‘memiliki prinsip’, ketika saling mencaci dianggap sebagai diskusi dan ketika perbuatan tidak hormat dianggap sebagai bentuk aktualisasi diri.
Beberapa orang yang “normal” mulai memiliki sebuah ketakutan tersendiri. Kita takut menjadi terbiasa dengan dan bahkan menjadi bagian dari kegilaan itu. Jika ketakutan ini ditarik sampai batas ekstrim dan tak wajar, maka ketakutan itu akan berubah menjadi phobia yang bernama “agateophobia”
Agateophobia adalah ketakutan akan kegilaan, atau takut menjadi gila. Phobia ini dapat menimbulkan serangan kepanikan sewaktu-waktu yang membuat akhirnya tercipta jarak antara penderita dan keluarga / teman-teman. Ironis bukan, ketakutan akan kegilaan dapat membuat seseorang menjadi gila sungguhan.
APA PENYEBABNYA?
Tahukah Anda bahwa setiap orang memiliki batas kesabaran dan ketahanan diri yang berbeda. Hal ini bisa disebabkan faktor traumatis masa lalu, atau faktor keturunan. Tidak heran jika kita melihat ada suatu keluarga yang memiliki banyak anggota dengan penyakit jiwa dan perlu direhabilitasi.
Sebuah peristiwa dapat dianggap sebagai ‘angin lalu’ oleh seseorang, tapi dapat menimbulkan trauma yang mendalam untuk orang lainnya (bahkan dapat menimbulkan kegilaan untuk orang lain).
Takut menjadi gila yang berlebihan (Agateophobia) mungkin disebabkan karena traumatis masa lalu, atau juga karena banyaknya sejarah penderita gangguan jiwa dalam keluarga. Sebenarnya, ini merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri (melindungi diri dari kegilaan).
BAGAIMANA MENANGANINYA?
Penyakit jiwa adalah ketika seseorang kehilangan kendali atas pikirannya dan phobia adalah ketika pikiran seseorang dikendalikan oleh ketakutan. Ketakutan yang berlebihan dapat membuat seseorang kehilangan kendali atas pikirannya (agak membingungkan, tapi semoga Anda mengerti maksud saya).
Ada beberapa cara menangani Agateophobia. Cara pertama yang paling tidak dianjurkan dokter adalah obat penenang. Cara berikutnya yang paling banyak dianjurkan adalah NLP (Neuro-linguistic programming), hipnoterapi, konseling dan psikoterapi.
Namun ada satu cara yang paling ampuh. Cara ini setidaknya manjur pada seorang Raja besar yang pernah menderita gangguan jiwa selama tujuh masa: Nebukadnezar. Cara itu adalah:
Mengakui bahwa Tuhan berdaulat SEPENUHNYA atas hidup kita; bahwa DIA berdaulat SEPENUHNYA atas jiwa kita; bahwa DIA berdaulat SEPENUHNYA atas pikiran kita.
Ketika Nebukadnezar mengakui ini, Tuhan mengembalikan seluruh ingatannya kepadanya dan dia tidak lagi pernah mengalami gangguan jiwa.
LALU BAGAIMANA DENGAN DUNIA YANG GILA ITU?
Masalahnya belum selesai bukan? Masih ada dunia gila di sekeliling kita yang terus bertambah gila. Lalu kita harus bagaimana agar tidak benar-benar menjadi GILA?
Caranya sama,
Akui bahwa Tuhan berdaulat SEPENUHNYA atas hidup kita; bahwa DIA berdaulat SEPENUHNYA atas jiwa kita; bahwa DIA berdaulat SEPENUHNYA atas pikiran kita.
Dunia boleh menjadi gila, tapi ketika Tuhan berkuasa atas pikiran, jiwa, hati dan hidup kita,… maka kita berada di dalam tangan perlindungan-Nya yang luar biasa!