Matahari atau Taurat ?? (Mazmur 19)


Setelah merenungkan berhari-hari dan berbulan-bulan serta berusaha mencari beberapa referensi, akhirnya saya memutuskan untuk memberanikan diri memasuki Mazmur 19. Sebuah bagian dari kitab Mazmur yang merupakan gabungan dari dua bagian terpisah. Bagian pertama pemazmur menceritakan kekagumannya akan kebesaran karya Tuhan, sementara bagian kedua pemazmur menceritakan mengenai kekagumannya akan Sang Pencipta itu sendiri.

CS. Lewis pernah mengatakan bahwa siapapun dia, manusia memiliki suatu kekaguman dalam dirinya, suatu pengakuan akan adanya Yang Maha Mulia, suatu pribadi yang menciptakan semesta ini dan manusia itu sendiri. Ya memang, matahari, bulan, langit, laut dan seluruh ciptaan Tuhan menceritakan kemuliaan-Nya, menggugah kesadaran manusia bahwa “Tuhan itu ada”.

Saya sering mengatakan bahwa saya tidak peduli bagaimana tafsiran orang mengenai penciptaan, yang jelas adalah bumi ini diciptakan bukan karena kebetulan. Sang Khalik yang begitu pandai dan menguasai teknologi melampaui manusia, menggunakan cara yang hebat dan BAM terbentuklah jagad raya termasuk bumi yang kita tinggali.

Dalam bagian pertama Mazmur, kata Tuhan yang digunakan mengacu pada bentuk semit biasa “El”, artinya siapapun menggunakannya, orang Yahudi ataupun bukan… Mengacu pada kata Tuhan secara umum. Memang, siapapun melihat alam semesta dan mereka memuji Tuhan tanpa pengenalan pribadi akan SIAPA TUHAN yang menciptakan alam semesta

Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya

hari meneruskan berita itu kepada hari,
dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam.

Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar
tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.

Ia memasang kemah di langit untuk matahari,
yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya,
girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.
Dari ujung langit ia terbit, dan ia beredar sampai ke ujung yang lain;
tidak ada yang terlindung dari panas sinarnya.

Bukankah itu adalah bentuk kekaguman yang dituliskan dengan begitu indah?

Lihat langit, dan kau melihat kemuliaan Tuhan,
Lihat cakrawala, dan kau saksikan pekerjaan tangan-Nya

Bagian kedua dari Mazmur 19 ini menggunakan kata yang berbeda untuk Tuhan. Pemazmur menggunakan YAHWEH, sebuah nama Pribadi yang dikenal baik oleh Pemazmur.

Kekagumannya akan matahari, cakrawala, hari, malam, matahari tak bisa mengalahkan kekagumannya pada apa yang dijabarkan berikut ini:

Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa;

peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.

Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,
lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. 
Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar.

Mungkin dalam Alkitab Anda, Anda akan menemukan kata TUHAN dengan huruf besar semua. Dalam bahasa aslinya, TUHAN ditulis YHWH, nama pribadi yang dikenal baik oleh Daud, Pemazmur kita.

Tidak salah jika kita melihat matahari, langit, cakrawala, kemudian memuliakan Tuhan Pencipta. Namun semua orang melakukan itu, bahkan suku di pedalaman pun mengagumi ciptaan Tuhan, walau mereka tidak mengenal Tuhan.

Namun hubungan pribadi dengan Pencipta diperlihatkan dengan :

  1. Bagaimana kita memanggil Nama-Nya
  2. Bagaimana kita menyukai dan melakukan apa yang ditetapkannya

Pemazmur membaginya menjadi beberapa bagian:

Pertama, Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa. Ini merupakan ekspresi yang aneh dari manusia mengenai Taurat. Taurat itu berisi aturan, aturan, aturan. Harus begini, harus begitu, tidak boleh begini dan tidak boleh begitu. Namun Daud, orang yang dekat dengan hati Tuhan mengatakan bahwa Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa.

Berbicara tentang jiwa adalah bicara tentang pikiran, emosi dan kehendak. Ketika kita meletakkan Taurat Tuhan di atas pikiran, emosi dan kehendak kita, maka hidup kita akan diatur oleh Taurat, kita berjalan di dalam kehendak Tuhan, pikiran Tuhan dan emosi kita terkendali. Ketika itu terjadi, Daud mengatakan, SEGARLAH JIWA.

Kedua pemazmur mengatakan Peraturan Tuhan itu teguh, memberi hikmat pada yang tak berpengalaman. Ketika kita berada di tengah kota tak dikenal, apa yang kita perlukan adalah aturan yang ada di kota itu. Ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Singapur, saya harus benar-benar mempelajari aturan di kota itu. Ketika saya mempelajari aturan kota itu dan menurutinya, ah, saya terlihat sebagai orang tak berpengalaman yang pintar. Mungkin itu yang dimaksud oleh Daud dengan ayat di atas.

Ketiga, Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati. Perintah Tuhan itu murni membuat mata bercahaya. Apa perasaan Anda jika suatu saat Anda bertemu dengan presiden dan dia melihat Anda dan berkata, “Saya bisa minta tolong? Ambilkan dokumen saya di meja?” Bukankah siapapun akan senang mendapat perintah presiden. Bagaimana dengan mendapat perintah Tuhan? Ya, seperti kata pemazmur, mata kita jadi bercahaya, hati kita bersuka.

Keempat, Takut akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya. Kota Singapura memasang CCTV di mana-mana, membuat rakyatnya berjaga-jaga dan taat pada aturan. Seorang supir taksi mengatakan, “Anda akan selalu aman di sini. Bahkan anak gadis yang berjalan malam-malam pun akan aman di sini. Ada CCTV yang memantau gerakan kita di mana-mana” Hasilnya? sedikit sekali (bahkan hampir tidak ada tindakan kriminal di Singapura). Bukankah itu yang seharusnya terjadi dalam hidup kita. Mata Tuhan melihat, kita takut jika menyakiti hatinya, dan hasilnya? Kehidupan yang aman, dan suci.

Kelima, Hukum-hukum Tuhan itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah. Jika Anda ke pengadilan, maka Anda akan melihat simbol seorang dewi dengan mata ditutup dan memegang timbangan. Simbol ini berarti keadilan tidak memandang golongan dan kedudukan. Siapapun, jika bersalah akan mendapat akibat yang sama. Sistem pengadilan yang buruk akan membuat kehidupan rakyatnya sama sekali tidak indah dan tidak manis.

Pemazmur memastikan, hukum Tuhan itu benar dan adil, membuat kehidupan ini indah dan manis.

Kemudian selanjutnya Pemazmur menutupnya dengan harapannya. Menurut saya, harapannya ini luar biasa:

Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.

Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.

Kalimat yang saya suka adalah “Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari”. Seringkali dalam kesadaran (biasanya saat kita di gereja), kita akan berjanji pada Tuhan untuk tidak melakukan ini dan itu. Namun hal terberat adalah dengan apa yang TIDAK KITA SADARI.

Pertanyaannya adalah “kapan kita bisa melakukan sesuatu yang tidak kita sadari?” Ayat berikutnya menjelaskannya, yaitu saat kita berhadapan dengan orang yang kurang ajar. Ketika Daud mengatkaan “janganlah mereka menguasai aku”, saya percaya ini bukan masalah tawan menawan dalam peperangan. Namun dalam masalah emosi.

Apakah Anda pernah merasa emosi Anda begitu dikuasai oleh orang yang kurang ajar? Di jalan raya kota Bandung ini, saya sering. Pernah satu kali beberapa orang anak berusia 5 tahunan menghentikan mobil dan motor-motor di jalan raya seperti menantang mau mati, hanya untuk meminta sedekah. Alih-alih merasa kasihan, kita lantas tergoda untuk mengumpat. Ketika ini terjadi, kita sedang dikuasai oleh orang yang kurang ajar.

Akhir kata, sama seperti doa saya setelah menulis ini

Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku.